Follow Me @fergiana.s

Saturday, October 4, 2014

Rules are Made to be Broken

Akhir-akhir ini banyak sekali gue melihat perbandingan antara makhluk-makhuk ber intelijen tinggi, seperti kau dan aku. Manusia. Sebagai manusia kita semua ini sederajat, semua sama. Yang berbeda itu cowok gabisa hamil /iya kan?/. Di mata Tuhan itu kita semua sama, ga bedain jenis kelamin, kulit hitam, pintar, tua, muda. Tapi di zaman ini gue liat mereka tidak merasa bahwa 'kita' ini sederajat. Mereka membanding-bandingkan pangkat. Entah itu antara presiden-rakyat jelata, direktur-karyawan, guru-murid, dan masih banyak lagi. Yah, post kali ini gue ingin mengajukan/lebih tepat disebut kritik makhluk zaman 2000an.

Pertama, gue bingung. Saat pemilihan presiden hasilnya sudah keluar, Namun, yah penyakit orang Indonesia dikit ga senang langsung minta temuan di taman lawang dikawal banci rusuh-rusuh gajelas. Padahal yang memilih itu kan rakyat. Untuk rakyat dari rakyat. Memang ada perbedaan pendapat, tapi dominan nya itu kemana? Apa mereka pikir dulu sebelum berbuat? Apa dengan rusuh angka pemilihan bertambah? Apa kata orang asing ketika mereka lihat negara kita? Apa yang gue makan tadi pagi? Jujur gue khawatir dengan keadaan negara ini. Kalau banyak yang gak setuju mending gue aja yang jadi presiden. Gue yakin kalau gue pimpin negara ini hidup gue akan berubah 180 derajat. Tinta pena habis tiap saat,pada minta tanda tangan /emang artis apa/. Saran gue ke kamu,kamu,kamu. Jangan pernah ikuti jejak kaki dinosaurus, entar dimakan.


Kedua, Perbedaan antara guru dan murid. NAH NAH gue berapi dingin kalau membahas ini. langsung aja, di sekolah gue ada peraturan. Murid perempuan harus ikat rambut (kecuali pendek atau botak). Oke, gue udah ikuti nih peraturan ga ada masalah. Yang bermasalah malah di gurunya. Rambut sebahu, rapi enggak, jalan lengok sana sini kibas-kibas rambut. ilfil gue ngeliatnya. Gue dengar kabar kucing dari temen jurusan lain. Murid-muridnya tanya sama guru ini. "Bu, rambut ibu kan sebahu. Kok ga di iket?". Dengan enteng dan mata nyipit dia jawab, "Ibu kan GURU. Ibu juga baru keramas". Plis bu, emang guru itu bukan manusia kayak murid ya? Dan apa-apaan itu, baru keramas. Kalau mau buat peraturan tolonglah beri contoh baik. Kalau emang udah ngelanggar, ngapain yang muda ikutin peraturan sedangkan yang tua begitu? Ga masuk akal.

Ketiga, ini untuk semua perokok di dunia ini. Sekolah tidak mengizinkan muridnya untuk merokok. Yep, gue setuju. guru ngerokok dihadapan kami, Well, itu ngeselin banget, tau nggak sih bau? Most of all yang bikin geleng-geleng kepala itu saat ada pengawas dari sekolah lain, kita-kita disuruh 'berdosa' berkata kalau guru kami nggak ada yang merokok. Lucu haha.

Keempat, masih masalah disekolah. Buanglah sampah pada tempatnya. Yey, gue setuju. Bersih itu sehat! Gue senang banget sama guru yang netapin ini peraturan. Semua berubah dari senang jadi geli. Suatu pagi hari, langit berawan menutupi matahari. Gue berdiri di depan kelas cari angin, maklum pengap dalam kelas. Saat gue lihat ke bawah arah majelis guru. Sesosok makhluk yang berprofesi guru' sedang makan durian, setelah itu biji nya di buang ke depan pintu green house sekolah kami, Sesuatu banget rasanya kalau seorang guru yang notabene nya ketua kebersihan kepergok buang biji durian sembarang.

Kelima, the last. Gue gak ngerti. Masalah pakaian harus rapi, oke ga apa masih ada nilai kesantunan, Terus kalau masalah kaos kaki panjang/pendek itu... Apa hubungannya ya? Sama warna sepatu di samain semua harus hitam atau hitam putih. Emang kalau sepatu gua warna hijau nanti gue belajar ga ngerti-ngerti ya? Yah gue tau harus sopan ke sekolah, masa pake sendal atau kaki ayam sih. Tapi kalau masalah warna itu kan beda cerita. Bingung sama peraturan sekarang. Mau buat peraturan itu yang jelas, harus ada sebab-akibat.

Kebanyakan orang suka membeda-bedakan karena adanya peraturan di tempat kerja/keluarga dan biasanya mereka menganggap bahwa kita ini (yang lebih muda) belum mengerti apa-apa tapi maunya melawan 'aturan' yang mereka buat. Tolong lah, otak kami bisa berkembang, zaman sudah berubah, harga telur di kantin aja naik seribu meski ikan bilis tetap kecil. By the way ikan bilis enak ya kalau digoreng. Satu hal lagi, wajar saja kalau ada yang melanggar peraturan. Anak kecil biasanya belajar dari orang tua. Kalau guru bego apa muridnya bisa pintar? Semua perbuatan berawal dari orang yang mengajarkan, setiap perbuatan ada akibatnya. Setiap peraturan ada yang melanggar. Nggak suka peraturan nya? Bikin sendiri.

Masalah perbedaan yang terjadi di zaman sekarang udahan ya. Contoh diatas rata-rata terjadi di sekolah karena gue yang alami sendiri. Gue belum terjun ke lapangan kerja jadi belum tau sebenarnya 'masyarakat' itu tempat seperti apa. Mungkin saja ada yang membedakan satu sama lain, tapi gue enggak pasti. Tuhan menciptakan kita berbeda satu sama lain. Kalau sama semua, berarti semua jenius/bodoh dong? Tapi kalau gue diciptakan sebagai seorang 'jenius' ya mau-mau aja sih. Dipaksa sama Tuhan kok, entar gue dibilang ga sopan kan kalau nolak, hehe.

Oke, sekarang gue ingin bahas temen-temen seperjuangan yang ingin gue perbanyak tulisan di sini. Gue usahain ya, gue ketiknya 'lepas' sih, kadang ada ide kadang nggak. Kalau ada mungkin akan lebih panjang, kalau enggak ya sebaliknya. Tapi setidaknya kan udah rutin tiap sabtu update kan? Ide memang selalu ada, bertebaran dimana-mana. Cuma bingung, mana yang menarik? pilih ini? nggak deh. Kalau ini? bagusan yang tadi kayaknya. Yep, itulah orang Indonesia. Rata-rata labil (kritik diri sendiri). Okeh, gue rasa udah cukup panjang post kali ini muahahaha, see ya next week #SalamGeniusMe

No comments:

Post a Comment