Follow Me @fergiana.s

Saturday, May 26, 2018

Garis Waktu

May 26, 2018 2 Comments

Aku tidak pernah memperhatikan waktu, maksudku setiap detik, menit hingga jam aku tidak benar-benar memperhatikannya. Menurutku hidup ini berlangsung bersamaan dengan waktu. Jadi waktu itu penting. Sebenarnya ada pertanyaan besar di benakku, bagaimana sih cara menikmati waktu yang kita jalani? Toh masing-masing orang memiliki kesibukan masing-masing kan? Jadi apakah ada seseorang yang memperhatikan hal-hal seperti ini?


Uhm… Aku sih sadar, untuk sesaat saja. Terkadang aku juga lupa perkara kecil mengenai peran waktu yang sesungguhnya sangat penting. Ada moment-moment tertentu dalam hidup aku yang berjalan amat lambat tapi aku menikmatinya. Tidak lama palingan 2-3 menit, bersyukur. Dan itu tidak terlalu sering dalam sehari-hari, biasanya terjadi di event khusus. Yang paling aku ingat adalah moment dimana aku berdiri di atas panggung besar di Universitas Malang. Ulas balik sedikit tidak apa lah ya hehe.

Itu adalah pertama kalinya aku berdiri di hadapan ribuan orang, iya bukan ratusan aku melewati tahap itu, tetapi ribuan! Berdiri dihadapan orang-orang di seluruh penjuru Indonesia, bangga? Aku berbohong jika berkata tidak.

Aku tidak pernah menyangka dapat meraih harapan 1 di bidang Graphic Design, jujur aku sedikit anggap remeh mengenai lomba ini. Buktinya aku gak benar-benar belajar, merupakan tamparan besar untukku sebenarnya karena bisa mendapatkan harapan 1 dengan niat yang yah… Setengah-setengah. Tapi mau dikata apa lagi? Yang berlalu biarlah berlalu! Saat itu aku masih ingat keramaian di depan, kiri, kanan orang-orang ramai mengambil foto-foto kami para juara. Guys! Aku gatau harus gemetar atau gimana! Yang pasti begitu nama aku dipanggil, memunculkan wajah dan asal aku di proyektor semua berubah jadi lambat.

(Btw itu audience-nya di sisi kiri kanan depan diatas juga, jadi ga kefoto hehe)

Aneh, tapi aku begitu menikmati tiap detiknya, aku masih ingat berusaha membelah keramaian menuju panggung, tidak sulit sebenarnya, bahkan mereka sengaja membuka jalan untukku. Beberapa juga sedikit kaget ternyata si ‘harapan satu’ duduk berada di dekat mereka. Alih-alih tersenyum senang aku bahkan lupa ekspresi apa yang aku tunjukkan malam itu, saking senangnya. Saat itu aku berharap semua ini dapat kukenang, dapat kuingat terus. Waktu itu berharga, ia tidak pernah lalai dalam pekerjaannya, merekam merekam dan merekam. Aku mengagguminya.


Selain itu ada juga moment hari ulang tahun kedua orangtua ku. Setiap tahunnya ketika mereka meniup lilin saat itu juga aku sadar, mereka hari ini bertambah umur. Sebenarnya aku sedih, aku sempat berharap ingin memberhentikan waktu saat itu juga. Tapi siapa yang kuasa? Karena itu aku hanya bisa bersyukur dan menikmati saat-saat tersebut. Sungguh aku senang masih bisa merayakannya bersama mereka, tapi apakah bisa aku lakukan lagi 30, 40, 50 tahun mendatang? Itu cukup singkat. Waktu tidak pernah mengenal kata lelah, ia tidak pernah bosan mengetuk garis-garis kehidupan, waktu itu kejam. Dan aku terkadang membecinya.

Ada juga kejadian yang tidak menyenangkan tapi kita bersyukur saat mengalaminya, moment-moment dimana ketika kita sedang menghapi masalah ditemani waktu, bersama teman-teman sejati. Waktu akan menjadi saksi-saksi dalam kehidupan kita, segalanya akan berakhir baik maupun buruk tidak jadi masalah, sebab ia akan membuktikan segalanya. Waktu itu salah satu hakim terbaik sekaligus pendamping hidup kita.

Akhir kata aku akan menjawab pertanyaanku sendiri, bagaimana cara menikmati waktu yang kita jalani? Sesekali hiruplah oksigen sekitar mu, lihat sekitar mu terutama langit, favoritku. Semua itu adalah bukti bahwa waktu selalu menyertaimu, bersyukurlah selalu, jangan mengeluh! Kamu ada teman seperjuangan kok, ia selalu setia, tidak kenal lelah dan tentunya menemani mu hingga detik-detik terakhir.

Aku sendiri juga akan mulai aware dengan ‘waktu’ ini, sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat.


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini, jangan lupa react, comment dan share! Komentar kalian selalu berarti buatku! See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

Friday, May 25, 2018

Spinach Paranormal Experience - Story Time

May 25, 2018 3 Comments

Hai hai hai! Tumben-tumbenan nih aku update di hari biasa. Hitung-hitung dua minggu lalu aku kan nggak post ya :)

So first of all, gimana puasanya? Lancar? Semangat ya! Semoga makin banyak berkah di bulan puasa ini. Next, aku ingin membahas mengenai keadaanku minggu ini, yah siapa tau penasaran (cie). Kebanyakan post lalu aku sih bilangnya ‘capek’, mungkin sampai-sampai bosan yak bacanya (jangan dikau dusta sebab daku juga demikian). Tapi! Minggu ini berbeza, minggu ini aku super tidak aktif. Di kampus. Aku izin dua kali karena tidak enak badan, awalnya aku kira batuk-batuk biasa, lama kelamaan jadi luar biasa. Tapi setelah ditelusuri lagi, ternyata memang batuk berdahak biasa.

Awalnya aku tidak terima, mamaku bilang aku kategori orang yang ga bisa ngeluarin dahak (bener gak sih bahasanya gitu?). Tapi aku bisa kok! Hanya malas aja ngeluarinnya, toh kalau dipaksa kan sakit. Anyway, berlanjut ke topik yang sesungguhnya, aku akan menceritakan mengenai paranormal experience aku! Wew, sharing sedikit begonia cukup menyenangkan bagiku sih begitu, kalau kalian? Kayak ada seru-serunya gitu.



Tahun 2011 yang lalu aku berlibur ke kota Batam, aku tidak ingat pastinya liburan apa yang pasti aku menginap di rumah adik mamaku alias tanteku. Rumahnya besar, ruko gitu entah 2/4 jadi 1 aku lupa yang pasti, cukup untuk menampung 4 tamu, aku, mama, nenek dan koko ku. Lantai 1 dipakai untuk showroom mobil, lantai 2 kosong, lantai 3 tempat tinggal dan lantai 4 untuk jemur baju.

Kami tidur di kamar sepupu ku, kamarnya sedang saja tidak terlalu luas namun bisa diatur sedemikian rupa hingga muat 5 orang. Since tempat tidurnya dua tingkat, sepupuku tidur diatas dan koko ku dibawah, aku, mama dan nenek ku di kasur single bawah. Kamar tersebut memiliki 2 pintu, pintu masuk dan pintu menuju kamar sepupuku yang lain. Terdapat meja belajar di sudut ruangan dekat pintu masuk, 1 buah lemari baju, 1 wastafel, 1 tempat tidur tingkat dan sebuah kursi. Sebenarnya dulu kamar tersebut memiliki shortcut menuju WC dapur, tetapi aku tidak tau kenapa jalur tersebut tidak lagi digunakan dan akhirnya ditutup dengan lemari sebagai penghalang.

Jam 9 malam saat itu aku sudah siap untuk tidur (yah namanya juga masih anak-anak kan?), lampu kamar sudah bergantikan dengan lampu tidur. Masing-masing sudah berada di tempat, siap untuk berburu mimpi. Jam berdetak melewati detik demi detik, mama ku orangnya agak sensi, maka ia copot jam tersebut dan akhirnya ruangan pun menjadi sepi.

Biasanya sebelum tidur aku berfikir mengenai banyak hal, bisa jadi mengenai komik yang akan kubeli esoknya, ah iya masa itu memang masa aku masih mengoleksi komik, toh harganya masih 15rb kalau tidak salah. Sekarang? Aku lebih memilih novel, bukannya aku tidak lagi menyukai komik, harganya ituloh mahal!

Malam itu setelah semua perkara sudah di pikirkan, aku beralih memejamkan mata dan berusaha untuk tidur. Awalnya lancar-lancar saja, malah sempat menguap beberapa kali tapi selang beberapa menit aku mendengar suara aneh. Wih dengan mengetiknya saja aku bisa mengingat kembali suasana tersebut. Risih! Suara orang sedang gosok gigi, tau kan? Srak srak srak begitu. Kukira bibi yang sedang sikat gigi siap-siap tidur. Tapi rasa-rasanya aneh, sudah lewat 10 menitan, itu lagi sikat gigi apa sikat lantai wc?

Aku masih santai saja, mungkin lauk makan malamnya pete. Tapi tetap saja aneh! Aku tetap memejamkan mata, berharap bibi segera selesai urusannya. Tetapi semakin lama karena ruangan sunyi suara tersebut semakin jelas! Heran tidak ada yang komplen mengenai hal tersebut, lantas aku bertanya kepada koko ku yang belum tertidur. Barangkali ia juga mendengarnya.

“Ko, dengar orang lagi gosok gigi ga?”
“Nggak tuh”
DEG! Kayak jatuh cinta, hati ku udah berdebar-debar ganas. Jelas-jelas suara gosok gigi itu kuat banget! Pengaruh dianya ga bersihin telinga kali ya,
“Masa sih? Itu suaranya besar banget tau! Udah lama pula”
“Ngga ada, dah diam gua mau tidur”.

Sip, berarti serius dianya nggak dengar. Tapi masa sih Cuma aku aja yang dengar? Nah, aku sejak dulu suka banget minum air putih sebelum tidur. Malam itu karena terganggu dan tidak bisa terlelap, aku keluar menuju meja makan yang ga jauh-jauh banget, paling jarak 10meter aja dari pintu kamar. Mengenai dapur, terletak pas disebelah kamar yang aku numpang, dapur tersebut juga memiliki pembatas pintu dan ada kacanya, jadi bisa melihat sisi dalam.

Suasana sudah gelap, lampu-lampu rumah sudah dipadamkan, aku mengambil gelas dan menuangkan air setelah itu menelannya cepat. Jujur aku udah mulai ketakutan, keluar kamar aja udah nunduk-nunduk gak berani lihat kearah dapur. Tapi setelah aku mengumpulkan keberanian akhirnya aku mengadahkan kepala. Tidak nampak apa-apa, gelap banget dan aku yakin 100% tidak ada orang di dapur. Wong pintu WC aja terbuka, meski lampunya hidup sih... Tapi aku gak cukup berani untuk melihat kedalam WC, emangnya kalian berani!? No way buat aku.

Pikiran gua udah was-was, tapi tetap sok kalem. Buru-buru lari ke kamar dan menarik selimut sampai menutupi hidungku. Aku tetap tidak bisa tidur, tutup mata aja gak berani gimana mau tidur? Iya, suara-suara tersebut masih terdengar! Semakin jelas pula, mana semuanya udah pada tidur. Huhu, mau nangis aja deh saat itu.

Aku tidak yakin jam berapa, tapi mama aku terbangun dan melihat kearahku dengan mata 5 wattnya.
“Loh belum tidur?”
“Ma, dengar suara orang gosok gigi gak?” bisikku pelan.
“Ha? Nggak tuh. Tidur lah, udah malam nih”
“Ih mama ada tau, suaranya kuat banget…”
“Mana ada, udah ah tidur”

Hiks, pada akhirnya memang tidak ada orang yang mendengarnya selain aku! Malam itu aku 2 kali minum air putih dan parahnya aku kebelet. Mau tidak mau aku memaksa tidur dan akhirnya terlelap bertemankan suara gosok gigi! Wah wah wah untung gak ngompol ya.

Puji Tuhan malam berikutnya tidak ada lagi suara tersebut! Hm… Kejadian ini aku tidak menceritakannya kepada tanteku ataupun orang-orang dirumahnya, aku juga ga kepikiran untuk cerita sih, soalnya kan udah tidak ada lagi suara tersebut.

Sebenarnya kejadian ‘aneh’ ini tidak hanya terjadi padaku, bibi yang bekerja disana pernah pingsan di tangga menuju lantai 3, katanya dia memakai WC lantai 2, setelah itu ‘melihat’ sesuatu dan pingsan deh… Selain itu bibi yang lain juga pernah mengalaminya dan akhirnya berhenti kontrakan gara-gara ketakutan. Huhu serem juga ya?

Anyway, saat ini tanteku sudah pindah rumah! Phew aku juga agak takut kalau misalkan dia masih tinggal disana. Jadi gimana menurut kalian? Kalau aku balik ke posisi aku yang dulu sih gak mau ya, ogah banget! Kalau bisa jangan ada lagi lah kejadian seperti itu hehe. Kalau kalian? Punya pengalaman aneh apa? Boleh di komen dibawah :) Aku akhiri dulu ya post kali ini.


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini, jangan lupa react, comment dan share! Komentar kalian selalu berarti buatku! See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

Saturday, May 19, 2018

Cerpen Bahasa Inggris - The Library Guy

May 19, 2018 1 Comments


It was early Saturday morning when young Grace Milton Humming softly while packing her lunch box. Saturday has always been her favorite day; it is a day surrounded by books. She pulled her old roller skates and slides through the road. The library was only 4 blocks away from her home. A woman was caught sight, she was locking her house door and holding a puppy, Grace stopped by.

“Hello Mrs. Greek!” She sang and open her arms widely.
“Hi Grace, reading day eh?” The woman called Greek put the puppy down and it ran to Grace arms. She played with it for a while then exchanging good bye.

After 25 minutes of sliding, Grace arrived at library. She waved hello to Mr. Pomphrey, then took a pile of books from her bag and showing him her library card. Mr. Pomphrey is a man in his mid-thirty, he is the son of the library owner. While he was validating data, Grace was peeking through the bookshelf. She was grinning in silence when she found what she was looking for. The guy who sat at the corner of the room. Grace didn’t know who he was, but when she became a member of the library, the boy was already present at the same spot every time she visits library and because of that habit of his, Grace become contagion, peeking the corner of the room.

“You sure like that spot a lot, don’t you?”
Grace was startled by Mr. Pomphrey voice. Her cheek flustered, and she deny it.
“Uh, yeah! It is right beside the window sill sir! And the boy is always at the same spot; I wonder why” Grace murmured the last word and put her library card to her pocket.
“Ah yes of course, window sill. Why don’t you ever sit there though?”
“Uh… the wind blows constantly, and my hair will get messy. So, I guess I will be disturbed”
“Yeah, I heard that a lot”

Grace walked to the sci-fi section and wandered there for a while, it was located far from the front door. It was desolated because the genre wasn’t really popular that time, but that didn’t matter to Grace, she was in the mood to read it. Taking some books randomly, she sat across of the room corner while the boy sat on the other side. She didn’t want a seat companion, however there was only one remaining empty seat.

Hours passed, Grace finished her book, she left the book on the table and was going to find other book, but a voice stopped her.

“Reading a book and leaving without returning it?” said a deep voice.

The chilly air suddenly hit the room, it was summer, and it was definitely rare to have this condition. Grace suddenly shivered, not because of the rare condition, but by the cold tone from boy who usually sat at the corner of the room sitting right in front of her without Grace realized. Since when?

“Ah… I-I was going to find some more book and put them back together later”

The boy didn’t respond, sitting still while staring at Grace. He shrugged and read his book on his hand. Without a word Grace took the book leaving the boy all alone to the sci-fi section. Well, what’s the best option?  Today might be Grace lucky day, she got to talk to the boy. Although it wasn’t an actual conversation, the next time she met him surely, she’ll begin her interrogation. She became excited and it’s all around her face.

She is that curious from the third week she saw him, why would a boy read book every Saturday instead of playing soccer with his friends? Does he have one? Or does he have illness that prevent him from playing sport? While the questions keep coming, Grace put the book before to the wrong shelf, before it was completely in, a hand grab her shoulder.

“That’s not the right place, missy”
Her movement stopped by a familiar voice, Mrs. Pomphrey.
“Oh hello Mrs. Pomphrey, sorry I was mused for a second”
“No problem, what are you daydreaming about?”
Grace shook her head and putting the book in the right shelf.
“Well I guess it is nothing important then, okay I’ll be right back on the fiction section”
“See you”

After seeing Mrs. Pomphrey’s back went away from sight, Grace is back to her questions. Luckily, she didn’t bring her pocket memo, or she’ll start to write it all down. She didn’t take any book and rushed to her seat. The boy was still there, reading calmly.

“Do you like to read?” Grace speak bluntly.
“Excuse me?” The boy squinting his eyes and glance at her.
“Don’t you like sports? Or Do you have some illness and can’t handle it?”
“Are you being rude?”
“No, I am simply curious. A boy like you usually doesn’t spend the weekend like this”
“Then what does a boy like me usually do?”
“Sports?” She tried again. But no answer, the boy started to read again. Grace is disappointed, she didn’t success on her approach and later on she gave up and walked to the fiction section.
“Hey Mrs. Pomphrey”
“Oh, hey darling, what’s up?”
“I’ve got some questions; do you mind answering it?”
“As long as I know the answer”
“Well… it’s uh... You and Mr. Pomphrey has been running this library since 1984, right?”
“Right, soon after we’re married 6 years ago”
“Then there must be a lot of regulars”
“Yeah, why?”
“You see… I’ve been wondering since the third time I came here”, “There is this one boy who sits at the window sill every time I came here. Do you know who he is?”
Mrs. Pomphrey didn’t answer instantly; she’s trying to recall her memory.
“Child, there’s no regular ever sit near the window sill. In fact, for the past year no one ever sit there. People complain the seat is always cold even on summer day like this although there’s no wind”

What kind of joke she’s pulling?

“But I saw the boy frequently Mrs. Pomphrey. He even talks to me just now”
“I’m sorry dear, but I think you might be seeing things”
“What? What do you mean”
“Well, there must be an explanation towards the cold seat, right? Since it doesn’t bother people we didn’t really put much attention to it”
“Oh right. Seeing things”

Grace is absolutely not satisfied with that conclusion; she’ll ask the boy again. Rushing back to her seat, the boy is no longer there. She took a glance to the window sill and there’s no sign of person. Since that day on, Grace never see the figure of that boy. Maybe Mrs. Pomphrey is right, she’s just seeing things, or maybe the boy has recovered from his sickness and is just doing sports?


-o0o-

Selesai! So so what do you think? Cerpen pertama yang menggunakan bahasa inggris! Thanks to my editor : Truthful Tofu, kalian bisa cek blog nya di sini. Seperti biasa, gimana pendapat kalian? Seru? Aku ada beberapa pertanyaan nih, kalian jawab di kolom komentar!

1. Sebernarnya si penulis itu mau menyampaikan apa sih?
2. Pendapat pribadi mengenai cerpen ini (kritik saran dipersilahkan)

Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~


(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

Saturday, May 5, 2018

Resensi Novel: Rindu - Tere Liye

May 05, 2018 3 Comments


Rindu adalah novel yang menceritakan tentang sebuah perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938 menggunakan kapal uap, Blitar Holland. Buku berjumlah 544 halaman ini memiliki serangkaian kisah-kisah dari berbagai tokoh, beberapa menyejukkan hati dan ada pula bagian yang membuatku melihat langit-langit, menangis. Di zaman itu naik haji adalah pejalanan berbulan-bulan, penuh air mata keharuan pun air mata keinsyafan. Jamaah yang berangkat membawa pertanyaan-pertanyaan masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang menjadikan kisah ini. Ada lima pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang Blitar Holland.

Siapa bilang hanya yang beragama Islam saja yang membaca? Saya seorang umat Kristen dan buku ini patut diacungi jempol. Idenya benar-benar fresh dan tidak membuat bosan. Om Darwis sekali lagi berhasil menciptakan karya yang menakjubkan.

Tokoh
Kata siapa tokoh hanya bisa berupa makhluk hidup? Tokoh utama novel Rindu adalah Kapal Blitar Holland, hampir seluruh cerita ini semuanya terjadi di kapal tersebut intinya tidak ada kapal ini, tak ada pula kisah ini.

Tokoh-tokoh penting dari buku Rindu ini salah satunya adalah Daeng Andipati, seorang pria melakukan perjalanan panjang ini bersama istri dan kedua anaknya yakni Anna danElsa. Tokoh ini memiliki karakter yang ‘idaman’. Kariernya menjanjikan, istri cantik berserta dua anak lucu dan menggemaskan. Daeng Andipati meskipun terlihat sangat sempurna tapi jauh di lubuk hatinya ia memiliki suatu permasalahan, di perjalanan ini pula ia mendapatkan titik cerahnya.

Ada pula tokoh lain yaitu seorang ulama, Ahmad Karaeng dan memiliki panggilan Gurutta. Gurutta adalah sosok ulama yang berilmu dan beradab, selain itu ia juga rendah hati. Meski begitu Ahmad Karaeng tetaplah hanya manusia biasa, dalam perjalanan ini ia memiliki pertanyaan yang amat ia khawatirkan.

Tiba di tokoh favorit ku di kisah ini yaitu pasangan suami istri lansia dari Semarang, Mbah Kakung dan Mbah Putri. Dari sekian banyaknya penumpang Blitar Holland, pasangan ini adalah yang paling romantis. Sebab pendengaran Mbah Kakung kurang baik beberapa kali ia membuat pembaca terpingkal. Dibalik itu kisahnya yang paling menggugah hati,

Orang yang menangkup pertanyaan lain adalah seorang pelaut, Ambo Uleng. Ia termasuk karakter favorit ku setelah pasangan Mbah Kakung dan Mbah Putri. Kecerdasan dan keberanian Ambo Uleng ini yang membuatku menjadikannya sebagai favorit. Meski begitu seorang pria tangguh juga memiliki keganjalan hati.

Terakhir adalah Bonda Upe, seorang guru mengaji anak-anak di kapal Blitar Holland. Dalam perjalanan ini Upe ditemani oleh seseorang yang amat mengasihinya yaitu Enlai, suaminya. Keduanya adalah keturunan China dan muslim. Pengungkapan kisah Upe dari Tere Liye dapat tersampaikan dengan baik. Keresahan suasana batin Upe seolah dapat dirasakan oleh pembaca.

Tema
Kisah dalam perjalanan panjang kerinduan

Alur
Alur yang digunakan adalah maju mundur dan dalam penulisannya seperti terbawa arus sangat natural. Aku pribadi merasa kelebihan dalam novel ini berada pada alurnya.

Latar dan Waktu
Siang dan malam tentunya, kapal Blitar Holland bersinggah melalui berbagii tempat yakni pelabuhan Makassar, pelabuhan Surabaya, pelabuhan Semarang, Pelabuhan Batavia, pelabuhan Lampung, pelabuhan Bengkulu, pelabuhan Kolombo, Srilanka, pelabuhan Jeddah. Pergantian hari dan waktu terungkap jelas sehingga pembaca tidak akan kebingungan.

Gaya Bahasa
Dalam novel rindu Bahasa yang digunakan amat sederhana, meskipun bercampur beberapa kata Belanda dan tidak ada terjemahannnya pembaca tetap dapat memahaminya. Sungguh Om Darwis pintar sekali dalam mengungkapkannya.

Goednacht, Lars.” Gurutta menyapa lega. Hampir jam sepuluh malam, ternyata masih ada orang di kantin. (Hal. 271)

Penulisan dan Sudut Pandang
Om Darwis selaku penulis dengan nama pena Tere Liye ini sering kali menggunakan sudut pandang orang ke tiga. Untuk novel Rindu ini pun demikian rupa.

Kelebihan
Cerita ini memiliki konsep yang tampaknya jarang atau bahkan belum pernah dikemukakan. Dibalik semuanya, kisah ini memiliki amanat yang baik dan tentunya sangat mengena di hati. Buku ini pastinya akan ku baca ulang lagi suatu waktu nanti.

Kekurangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua penulis memiliki khas sendiri dalam hal penulisan, tak terkecuali untuk om Darwis. Setelah membaca beberapa seri dari om Darwis aku pribadi merasa ada hal yang kurang sreg, dan itu pun ternyata tidak hanya disadari oleh aku! Setiap kali aku menyelesaikan buku, aku pasti akan membahas nya dengan mama ku. Iya, mama ku juga turut membaca.  So, menurut kami ini adalah kebiasaan dan ciri khas dari penulis yang sedang naik daun:
1.      Pengulangan kata, dan kejadian

Nah ini nih yang bikin aku seringkali baca tanpa benar-benar memperhatikan. Di novel Rindu ini pengulangan kata berlebihan dan terkadang membuat para pembaca bosan. Tentunya jalan cerita masih efektif meski sejujurnya jika pengulangan terjadi titik fokus membacaku jadi hilang.
2.      Kejadian yang belum terjadi tapi sudah dikasih clue

Mungkin beberapa dari kalian tidak masalah dengan hal tersebut, tapi untuk aku sendiri yang lebih suka ‘surprise’ dan suka menebak-nebak kurang sreg. Di novel Rindu ini tercantum beberapa kejadian yang belum terjadi tapi sudah di jelaskan bukan melalui karakter tetapi melalui sudut pandang orang ketiga. Meski hanya sedikit gelagat tapi itu memecahkan imajinasiku sendiri, jadi tidak bisa berandai-andai sendiri deh.

Akhir kata untuk novel rindu ini meski sudah tamat aku mengharapkan ada sekuelnya. Maksudku, aku terlampau menyayangi tokoh-tokoh dalam buku ini! Kata orang novel baik adalah novel yang dapat membuat kita jatuh cinta atau simpati terhadap karakternya dan tak dapat dipungkiri ini termasuk karya baik itu. Semoga saja kalian menikmati resensi ini, bagi yang belum membaca silahkan langsung masukkan ke list buku yang harus dibaca (super recommended).


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)