Rindu adalah novel yang menceritakan tentang sebuah
perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938 menggunakan kapal uap,
Blitar Holland. Buku berjumlah 544 halaman ini memiliki serangkaian kisah-kisah
dari berbagai tokoh, beberapa menyejukkan hati dan ada pula bagian yang
membuatku melihat langit-langit, menangis. Di zaman itu naik haji adalah
pejalanan berbulan-bulan, penuh air mata keharuan pun air mata keinsyafan.
Jamaah yang berangkat membawa pertanyaan-pertanyaan masing-masing.
Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang menjadikan kisah ini. Ada lima
pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang Blitar Holland.
Siapa bilang hanya yang beragama Islam saja yang
membaca? Saya seorang umat Kristen dan buku ini patut diacungi jempol. Idenya
benar-benar fresh dan tidak membuat
bosan. Om Darwis sekali lagi berhasil menciptakan karya yang menakjubkan.
Tokoh
Kata siapa tokoh hanya bisa berupa makhluk hidup?
Tokoh utama novel Rindu adalah Kapal Blitar Holland, hampir seluruh cerita ini
semuanya terjadi di kapal tersebut intinya tidak ada kapal ini, tak ada pula
kisah ini.
Tokoh-tokoh penting dari buku Rindu ini salah satunya adalah
Daeng Andipati, seorang pria melakukan perjalanan panjang ini bersama istri dan
kedua anaknya yakni Anna danElsa. Tokoh ini memiliki karakter yang ‘idaman’.
Kariernya menjanjikan, istri cantik berserta dua anak lucu dan menggemaskan.
Daeng Andipati meskipun terlihat sangat sempurna tapi jauh di lubuk hatinya ia
memiliki suatu permasalahan, di perjalanan ini pula ia mendapatkan titik
cerahnya.
Ada pula tokoh lain yaitu seorang ulama, Ahmad Karaeng
dan memiliki panggilan Gurutta.
Gurutta adalah sosok ulama yang berilmu dan beradab, selain itu ia juga rendah
hati. Meski begitu Ahmad Karaeng tetaplah hanya manusia biasa, dalam perjalanan
ini ia memiliki pertanyaan yang amat ia khawatirkan.
Tiba di tokoh favorit ku di kisah ini yaitu pasangan
suami istri lansia dari Semarang, Mbah Kakung dan Mbah Putri. Dari sekian
banyaknya penumpang Blitar Holland, pasangan ini adalah yang paling romantis.
Sebab pendengaran Mbah Kakung kurang baik beberapa kali ia membuat pembaca
terpingkal. Dibalik itu kisahnya yang paling menggugah hati,
Orang yang menangkup pertanyaan lain adalah seorang
pelaut, Ambo Uleng. Ia termasuk karakter favorit ku setelah pasangan Mbah
Kakung dan Mbah Putri. Kecerdasan dan
keberanian Ambo Uleng ini yang membuatku menjadikannya sebagai favorit. Meski
begitu seorang pria tangguh juga memiliki keganjalan hati.
Terakhir adalah Bonda
Upe, seorang guru mengaji anak-anak di kapal Blitar Holland. Dalam perjalanan
ini Upe ditemani oleh seseorang yang amat mengasihinya yaitu Enlai, suaminya.
Keduanya adalah keturunan China dan muslim. Pengungkapan kisah Upe dari Tere
Liye dapat tersampaikan dengan baik. Keresahan suasana batin Upe seolah dapat
dirasakan oleh pembaca.
Tema
Kisah dalam perjalanan panjang kerinduan
Alur
Alur yang digunakan adalah maju mundur dan dalam
penulisannya seperti terbawa arus sangat natural. Aku pribadi merasa kelebihan
dalam novel ini berada pada alurnya.
Latar dan Waktu
Siang dan malam tentunya, kapal Blitar Holland
bersinggah melalui berbagii tempat yakni pelabuhan Makassar, pelabuhan
Surabaya, pelabuhan Semarang, Pelabuhan Batavia, pelabuhan Lampung, pelabuhan
Bengkulu, pelabuhan Kolombo, Srilanka, pelabuhan Jeddah. Pergantian hari dan
waktu terungkap jelas sehingga pembaca tidak akan kebingungan.
Gaya Bahasa
Dalam novel rindu Bahasa yang digunakan amat
sederhana, meskipun bercampur beberapa kata Belanda dan tidak ada
terjemahannnya pembaca tetap dapat memahaminya. Sungguh Om Darwis pintar sekali
dalam mengungkapkannya.
“Goednacht,
Lars.” Gurutta menyapa lega. Hampir
jam sepuluh malam, ternyata masih ada orang di kantin. (Hal. 271)
Penulisan dan
Sudut Pandang
Om Darwis selaku penulis dengan nama pena Tere Liye
ini sering kali menggunakan sudut pandang orang ke tiga. Untuk novel Rindu ini
pun demikian rupa.
Kelebihan
Cerita ini memiliki konsep yang tampaknya jarang atau
bahkan belum pernah dikemukakan. Dibalik semuanya, kisah ini memiliki amanat
yang baik dan tentunya sangat mengena di hati. Buku ini pastinya akan ku baca
ulang lagi suatu waktu nanti.
Kekurangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua penulis memiliki
khas sendiri dalam hal penulisan, tak terkecuali untuk om Darwis. Setelah
membaca beberapa seri dari om Darwis aku pribadi merasa ada hal yang kurang sreg, dan itu pun ternyata tidak hanya
disadari oleh aku! Setiap kali aku menyelesaikan buku, aku pasti akan membahas
nya dengan mama ku. Iya, mama ku juga turut membaca. So,
menurut kami ini adalah kebiasaan dan ciri khas dari penulis yang sedang naik
daun:
1.
Pengulangan kata,
dan kejadian
Nah ini nih yang bikin aku seringkali baca tanpa benar-benar
memperhatikan. Di novel Rindu ini pengulangan kata berlebihan dan terkadang
membuat para pembaca bosan. Tentunya jalan cerita masih efektif meski
sejujurnya jika pengulangan terjadi titik fokus membacaku jadi hilang.
2.
Kejadian yang
belum terjadi tapi sudah dikasih clue
Mungkin beberapa dari kalian tidak masalah dengan hal
tersebut, tapi untuk aku sendiri yang lebih suka ‘surprise’ dan suka menebak-nebak kurang sreg. Di novel Rindu ini tercantum beberapa kejadian yang belum
terjadi tapi sudah di jelaskan bukan melalui karakter tetapi melalui sudut
pandang orang ketiga. Meski hanya sedikit gelagat tapi itu memecahkan
imajinasiku sendiri, jadi tidak bisa berandai-andai sendiri deh.
Akhir kata untuk novel rindu ini meski sudah tamat aku
mengharapkan ada sekuelnya. Maksudku, aku terlampau menyayangi tokoh-tokoh
dalam buku ini! Kata orang novel baik adalah novel yang dapat membuat kita
jatuh cinta atau simpati terhadap karakternya dan tak dapat dipungkiri ini
termasuk karya baik itu. Semoga saja kalian menikmati resensi ini, bagi yang
belum membaca silahkan langsung masukkan ke list
buku yang harus dibaca (super
recommended).
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
Resensi ini terliat lebih sistematis kebanding resensi sebelumnya. Keep up the good work :)
ReplyDeletethanks for the article, i'm inspired..
ReplyDeletesaya sudah membaca novel ini sekitar 3 thn yll dan bukunya saya hadiahkan keteman, resensi ini saya cari karena Rindu membacanya lagi..wkwkwk kayaknya mau beli lagi
ReplyDelete