Follow Me @fergiana.s

Saturday, May 5, 2018

Resensi Novel: Rindu - Tere Liye



Rindu adalah novel yang menceritakan tentang sebuah perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938 menggunakan kapal uap, Blitar Holland. Buku berjumlah 544 halaman ini memiliki serangkaian kisah-kisah dari berbagai tokoh, beberapa menyejukkan hati dan ada pula bagian yang membuatku melihat langit-langit, menangis. Di zaman itu naik haji adalah pejalanan berbulan-bulan, penuh air mata keharuan pun air mata keinsyafan. Jamaah yang berangkat membawa pertanyaan-pertanyaan masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang menjadikan kisah ini. Ada lima pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang Blitar Holland.

Siapa bilang hanya yang beragama Islam saja yang membaca? Saya seorang umat Kristen dan buku ini patut diacungi jempol. Idenya benar-benar fresh dan tidak membuat bosan. Om Darwis sekali lagi berhasil menciptakan karya yang menakjubkan.

Tokoh
Kata siapa tokoh hanya bisa berupa makhluk hidup? Tokoh utama novel Rindu adalah Kapal Blitar Holland, hampir seluruh cerita ini semuanya terjadi di kapal tersebut intinya tidak ada kapal ini, tak ada pula kisah ini.

Tokoh-tokoh penting dari buku Rindu ini salah satunya adalah Daeng Andipati, seorang pria melakukan perjalanan panjang ini bersama istri dan kedua anaknya yakni Anna danElsa. Tokoh ini memiliki karakter yang ‘idaman’. Kariernya menjanjikan, istri cantik berserta dua anak lucu dan menggemaskan. Daeng Andipati meskipun terlihat sangat sempurna tapi jauh di lubuk hatinya ia memiliki suatu permasalahan, di perjalanan ini pula ia mendapatkan titik cerahnya.

Ada pula tokoh lain yaitu seorang ulama, Ahmad Karaeng dan memiliki panggilan Gurutta. Gurutta adalah sosok ulama yang berilmu dan beradab, selain itu ia juga rendah hati. Meski begitu Ahmad Karaeng tetaplah hanya manusia biasa, dalam perjalanan ini ia memiliki pertanyaan yang amat ia khawatirkan.

Tiba di tokoh favorit ku di kisah ini yaitu pasangan suami istri lansia dari Semarang, Mbah Kakung dan Mbah Putri. Dari sekian banyaknya penumpang Blitar Holland, pasangan ini adalah yang paling romantis. Sebab pendengaran Mbah Kakung kurang baik beberapa kali ia membuat pembaca terpingkal. Dibalik itu kisahnya yang paling menggugah hati,

Orang yang menangkup pertanyaan lain adalah seorang pelaut, Ambo Uleng. Ia termasuk karakter favorit ku setelah pasangan Mbah Kakung dan Mbah Putri. Kecerdasan dan keberanian Ambo Uleng ini yang membuatku menjadikannya sebagai favorit. Meski begitu seorang pria tangguh juga memiliki keganjalan hati.

Terakhir adalah Bonda Upe, seorang guru mengaji anak-anak di kapal Blitar Holland. Dalam perjalanan ini Upe ditemani oleh seseorang yang amat mengasihinya yaitu Enlai, suaminya. Keduanya adalah keturunan China dan muslim. Pengungkapan kisah Upe dari Tere Liye dapat tersampaikan dengan baik. Keresahan suasana batin Upe seolah dapat dirasakan oleh pembaca.

Tema
Kisah dalam perjalanan panjang kerinduan

Alur
Alur yang digunakan adalah maju mundur dan dalam penulisannya seperti terbawa arus sangat natural. Aku pribadi merasa kelebihan dalam novel ini berada pada alurnya.

Latar dan Waktu
Siang dan malam tentunya, kapal Blitar Holland bersinggah melalui berbagii tempat yakni pelabuhan Makassar, pelabuhan Surabaya, pelabuhan Semarang, Pelabuhan Batavia, pelabuhan Lampung, pelabuhan Bengkulu, pelabuhan Kolombo, Srilanka, pelabuhan Jeddah. Pergantian hari dan waktu terungkap jelas sehingga pembaca tidak akan kebingungan.

Gaya Bahasa
Dalam novel rindu Bahasa yang digunakan amat sederhana, meskipun bercampur beberapa kata Belanda dan tidak ada terjemahannnya pembaca tetap dapat memahaminya. Sungguh Om Darwis pintar sekali dalam mengungkapkannya.

Goednacht, Lars.” Gurutta menyapa lega. Hampir jam sepuluh malam, ternyata masih ada orang di kantin. (Hal. 271)

Penulisan dan Sudut Pandang
Om Darwis selaku penulis dengan nama pena Tere Liye ini sering kali menggunakan sudut pandang orang ke tiga. Untuk novel Rindu ini pun demikian rupa.

Kelebihan
Cerita ini memiliki konsep yang tampaknya jarang atau bahkan belum pernah dikemukakan. Dibalik semuanya, kisah ini memiliki amanat yang baik dan tentunya sangat mengena di hati. Buku ini pastinya akan ku baca ulang lagi suatu waktu nanti.

Kekurangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua penulis memiliki khas sendiri dalam hal penulisan, tak terkecuali untuk om Darwis. Setelah membaca beberapa seri dari om Darwis aku pribadi merasa ada hal yang kurang sreg, dan itu pun ternyata tidak hanya disadari oleh aku! Setiap kali aku menyelesaikan buku, aku pasti akan membahas nya dengan mama ku. Iya, mama ku juga turut membaca.  So, menurut kami ini adalah kebiasaan dan ciri khas dari penulis yang sedang naik daun:
1.      Pengulangan kata, dan kejadian

Nah ini nih yang bikin aku seringkali baca tanpa benar-benar memperhatikan. Di novel Rindu ini pengulangan kata berlebihan dan terkadang membuat para pembaca bosan. Tentunya jalan cerita masih efektif meski sejujurnya jika pengulangan terjadi titik fokus membacaku jadi hilang.
2.      Kejadian yang belum terjadi tapi sudah dikasih clue

Mungkin beberapa dari kalian tidak masalah dengan hal tersebut, tapi untuk aku sendiri yang lebih suka ‘surprise’ dan suka menebak-nebak kurang sreg. Di novel Rindu ini tercantum beberapa kejadian yang belum terjadi tapi sudah di jelaskan bukan melalui karakter tetapi melalui sudut pandang orang ketiga. Meski hanya sedikit gelagat tapi itu memecahkan imajinasiku sendiri, jadi tidak bisa berandai-andai sendiri deh.

Akhir kata untuk novel rindu ini meski sudah tamat aku mengharapkan ada sekuelnya. Maksudku, aku terlampau menyayangi tokoh-tokoh dalam buku ini! Kata orang novel baik adalah novel yang dapat membuat kita jatuh cinta atau simpati terhadap karakternya dan tak dapat dipungkiri ini termasuk karya baik itu. Semoga saja kalian menikmati resensi ini, bagi yang belum membaca silahkan langsung masukkan ke list buku yang harus dibaca (super recommended).


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

3 comments:

  1. Resensi ini terliat lebih sistematis kebanding resensi sebelumnya. Keep up the good work :)

    ReplyDelete
  2. thanks for the article, i'm inspired..

    ReplyDelete
  3. saya sudah membaca novel ini sekitar 3 thn yll dan bukunya saya hadiahkan keteman, resensi ini saya cari karena Rindu membacanya lagi..wkwkwk kayaknya mau beli lagi

    ReplyDelete