Aku
sedang berada di mobil, hari ini aku pindah rumah ke kota baru. Selama
perjalanan aku tertidur dan bermimpi tentang sepupu-sepupuku. Sepupuku dan
kedua adiknya tinggal di rumah baru, rumah asing yang sama sekali belum pernah
kulihat. Rumah itu gelap, berlantai dua, lantai satu digunakan untuk bisnis
orang tua mereka. Lantai dua adalah tempat mereka tinggal, banyak ruangan yang
belum sempat aku jelajahi, tapi ada suatu ruangan kecil di pojok kiri tepat di
samping dapur. Ruangan itu gelap sekali dan tidak dipasang bohlam lampu,
satu-satunya sumber cahaya yang didapat adalah pintu masuk berukuran dua meter
jikalau pintu itu terbuka.
“Ce, kalau
mau istirahat ke kamar tamu saja, kami mau main-main di kamar ini dulu,” kata
si sulung sambil menunjuk kamar gelap itu.
“Main? Main
apa kalian. Gelap gitu.” Tanyaku penasaran.
“Nangkap
hantu ce. Hantu ceweknya gak mau keluar terus.” Sahut si kembar.
Tanpa
sadar aku langsung melirik ke dalam, sesaat aku melihat sesosok bayangan hitam
di pojok kamar, meski kamar itu gelap tapi sosok itu tampak lebih hitam lagi,
rambutnya pekat panjang, hanya sekilas tapi aku pasti kalau-kalau memang ada
‘sesuatu’ di kamar itu.
“Udah
sampai.”
Mama
menggoncang-goncang tubuhku pelan, ku renggangkan badanku kemudian turun dari
mobil mendapati sebuah bangunan tinggi berwarna abu-abu. Kami pindah ke sebuah
apartemen besar yang terletak di tengah kota. Ada 8 lantai, dan kami menempati
lantai 6 kamar ke 4.
Bangunan
apartemen ini seperti bau cat, baru dan tidak indah sedikitpun. Lantai dasar hanya
ada tangga-tangga aneh berwarna hijau,
aneh karena itu tidak seperti tangga-tangga biasanya. Berbentuk memanjang dan
bolong-bolong persegi panjang dengan sisi oval, seperti rak piring, tempat biasa
kalian mengeringkan piring-piring setelah dicuci. Jujur saja aku tidak begitu
mengerti cara menaikinya, karena tangga-tangga itu dapat bergerak sendirinya.
Maka aku dan mama menaiki apartemen ini menggunakan elevator yang tampaknya
tidak begitu aman juga. Lampu elevator sering disko, dan untungnya kami dapat sampai
di rumah baru dengan selamat.
Besoknya
aku masuk ke sekolah baru, jendela kelas besar sekali dan langit abu-abu turut
berteriak, badai akan segera menghantam. Guru
sekolah mengumumkan kelas diliburkan dan kami boleh pulang sebelum badai tiba.
Aku berjalan kaki bersama seorang anak perempuan yang sekelas denganku,
rambutnya pendek pas di bawah telinga dan mengenakan t-shirt putih, celana
pendek tosca. Aku berjalan di depan, tiba-tiba angin kuat menghembus, langkah
kakiku mengeluarkan sederet darah, jauh sekali jaraknya sekitar 70-80cm di
aspal. Aku berhenti dan melihatnya, barangkali itu sudah ada sedaritadi, aku
saja yang telat menyadarinya. Aku melanjutkan perjalanan, dari jauh aku sudah
nampak rel kereta api, dan bangunan apartemen yang tepat di depan rel itu.
Lampu-lampu
jingga yang tadinya menerangi jalan kini padam, tampaknya mati lampu. Sekali
lagi angin menghembus kuat, lagi-lagi darah mengucur begitu saja. Anak
perempuan itu menarik lenganku berkata,
“Jangan
lakukan itu lagi, mamaku tidak suka,” Katanya kemudian berjalan di depanku
melewati rel kereta api.
Aku
melihat telapak tanganku, kekuatan tidak berguna apa ini? Dan lagi-lagi angin
bertiup kencang, refleks anak itu melihat kearahku dan aspal, tidak ada lagi
darah, ia kemudian memasuki gedung apartemen. Aku mengikutinya perlahan, di
dalam semuanya berwarna hijau dan elevator tidak hidup. Anak itu menatap lama
tangga-tangga hijau aneh yang mulai bergerak.
“Aku
tinggal di lantai 4, kau ikut aku saja ya. Gampang kok naiknya.” Aku melihatnya
mulai ‘mendaki’ tangga-tangga aneh itu, bergidik ngeri sebab tinggi sekali!
Bentuk tangganya lurus seperti tiang yang terdiri dari lidi-lidi kecil dan
tipis, kadang-kadang terjulur keluar untuk tapakan kaki kita. Saat mendongakkan
kepala aku melihat seorang ibu-ibu sedang melotot kearah kami dari lantai 4,
anak itu terus mendaki dan mau tidak mau aku harus coba menaikinya.
Rupanya
memang tidak sulit, anak itu berhenti di lantai 4 dan ibu-ibu seram itu
langsung menyeret kerah bajunya kedalam rumah. Dari dalam aku dapat mendengar
suara teriakan dan pukulan. Aku tidak ingin ikut campur maka belanjut menaiki
tangga ke rumahku. Begitu sampai aku langsung masuk dan mendapati ruangan gelap
dan di depan pintu banyak tumpukan-tumpukan baju berserak,
“Halo,
mau makan dulu?” Tanya mama dari arah kamarnya.
-o0o-
Hai hai halo! Seperti biasa petualangan absurd endingnya gantung! Untuk yang pertama kali baca pasti bingung ya.. So bagi yang masih kurang ngerti apa itu petualangan absurd akan aku jelasin~
Petualangan absurd itu adalah mimpiku, jadi memang feel nya aneh plus endingnya selalu menggantung. Alasan kenapa aku menuliskannya? Yah karena menurutku mimpi-mimpi ini cukup keren dan aku pingin sharing ke kalian (well siapa tau dapat menghibur kalian). Nah Petualangan Absurd punya beberapa part loh! Kalian bisa search di tombol sebelah kanan dengan keyword ‘Petualangan Absurd’, enjoy your read!
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
No comments:
Post a Comment