Follow Me @fergiana.s

Saturday, December 30, 2017

Our Present Tense

December 30, 2017 1 Comments
Belum lama ini aku dengan kedua orang temanku duduk di sebuah café. Waktu itu adalah jumat malam, otomatis pengunjung lumayan banyak. Kami memilih tempat duduk yang pas ditengah-tengah ruangan itu kemudian bercakap-cakap ria. Aku duduk membelakangi meja berisi satu keluarga dan disampingku adalah sepasang anak muda yang sedari tadi tak terdengar sedikitpun percakapan diantara mereka. Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan mereka, aku baru sadar ketika salah seorang temanku berkata bahwa kedua orang tersebut sibuk memainkan ponsel cerdas mereka ketimbang bercakap-cakap. Saat itulah aku tersadar akan satu hal.

Teknologi yang maju berkembang memang memiliki dampak positif yang banyak, namun tidak hanya itu dampak negatif juga berkembang semakin jadi. Aku teringat percakapan aku dengan mama aku ketika aku masih duduk di bangku SD. Saat itu mama sedang memamerkan secarik kertas berisi tulisan-tulisan tangan, itu adalah balasan surat dari temannya yang saat itu bekerja di Australia. Aku saat itu tidak terlalu mengerti apa yang spesial diantara surat-menyurat tersebut, tapi untuk sekarang ini aku sangat tertarik akan hal tersebut. Mengapa?

Aku sangat suka prangko. Untuk sekarang ini mungkin kata ‘prangko’ sudah amat langka digunakan di kehidupan sehari-hari, nah alasan aku menyukai prangko karena mama ku memiliki koleksi prangko yang lumayan banyak (sekitar 2-3 buku) dan sewaktu kecil aku suka sekali melihat-lihatnya. Bosan? Tidak. Menurutku setiap prangko memiliki cerita tersendiri yang sulit di gambarkan.

Oke-oke balik ketopik, berkaitan dengan sepasang kekasih yang duduk disamping aku (sebenarnya ini yang ingin aku tekankan). Mereka tampak jelas sedang bosan. Yang cewek sibuk dengan ponsel cerdas begitu pula yang cowok. Sesekali pula mereka menyuapkan makanan kemulut mereka yang seharusnya mereka gunakan untuk bercakap-cakap tentang... APA SAJA. Mungkin lelahnya kegiatan hari ini ataupun mengenai pekerjaan yang lumayan sibuk. Tapi mereka berada didalam diam! (atau jangan-jangan mereka sedang berkomunikasi lewat aplikasi chatting aku tidak tau juga hehe).

Sebenarnya aku tidak ada diposisi apapun untuk mengatai mereka karena terkadang aku pun terlalu ‘melekat’ dengan teknologi-teknologi ini, intinya sekarang aku merasa saat ini sebuah komunikasi sudah terlalu gampang untuk dilakukan. Sekali pencet kalian sudah dapat say hello secara face-to-face. Kalau zaman dulu? Untuk pasangan jarak jauh butuh seminggu untuk mendapatkan sepucuk surat yang balasannya mengenai keseharian ‘minggu’ ini bukan ‘hari ini’.

Bisa dikatakan ketulusan anak muda zaman sekarang sebagian besar sudah kalah dengan anak zaman dulu. Bagaimana tidak? Jarang komunikasi saja rasa komitmen mereka sudah begitu besar. Sekarang yang terlalu sering malah sudah merasa bosan. Aku sebenarnya kurang nyaman dibeberapa sisi di dunia teknologi ini. Resiko semakin tinggi dalam hal apapun meski semua menjadi efisien.

Yang ingin aku sampaikan adalah, sekali-kali singkirkan sebentar alat-alat elektronik tersebut. Keluarlah, bergaulah dengan teman-teman. Apakah kalian benar-benar menikmati kebersamaan kalian ketika satu diantara kalian hanya menjawab ‘ya – tidak’ ketika kalian sedang menghadapi masalah dan butuh saran? Oh aku dapat membayangkannya langsung karena aku sudah mengalami hal tersebut puluhan kali.

Jujur saja menurut pendapat aku sendiri teknologi sekarang cenderung membuat kita tidak sehat, mengapa demikian? Coba kalian perhatikan sekitar kalian, gadget terbaru ataupu aplikasi baru, cara promosi mereka yang paling sering di titik beratkan adalah ‘efisien’. Bukankah hal tersebut hanya menambah ‘penyakit’ malas makhluk bumi?

Akhir kata untuk kalian yang saat ini membaca, sekarang singkirkan telepon atau laptop atau gadget apapun yang kalian gunakan untuk membaca tulisan ini. Kumpul lah bersama keluarga mu, berceritalah kepada mereka mengenai hari mu atau apapun saja yang ingin kalian katakan.


Jangan terlalu nyaman dengan teknologi hingga menyendiri karena pada hari waktunya anda akan merasakan dingin yang amat menusuk.
-o0o-

Ini adalah last post di tahun 2017! Uyee~ Selamat tahun baru 2018 ya semua.
Anyway, thank you so much sudah luangin waktu baca konten kali ini, jangan lupa react, comment, dan share!
See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

Saturday, December 23, 2017

Petualangan Absurd IV

December 23, 2017 6 Comments

Zombie School - Petualangan Absurd IV

Kali ini aku berpetualang di tempat yang amat kukenal, tempat aku bersekolah dahulu selama enam tahun. Ya, Sekolah Dasar ku. Tetapi seperti biasa, petualangan absurd memanglah selalu bersifat konyol, meski berlatar SD tapi aku sudah mengenakan rok abu-abu.

Saat itu adalah waktu istirahat makan siang, teman-temanku (teman-teman SD bercampur SMK) masih sibuk mengerjakan tugas nya. Aku yang di lain sisi sedang senggang karena sudah menyelesaikannya. Aku bertanya maukah mereka makan terlebih dahulu, tetapi tidak ada jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’. Hanya ada dengusan sebal serentak perkataan “Ah… rasanya maag ku kambuh…” dari salah seorang temanku.

Aku sangat peka (yep, entah mengapa dalam mimpi aku peka) maka aku bermaksud untuk membelikan makan siang untuk dia dan teman ku yang satu lagi. Celakanya saat aku sampai di kantin, tidak ada satupun yang menjual makanan berat. Hanya cemilan seperti permen kecil dan kacang-kacangan. Begitu kembali ke kelas aku bermaksud untuk meminta nomor telepon yang menjual makanan plus dapat diantarkan dari seorang teman SD ku.

Ia segera mengutak ngatik telepon cerdasnya kemudian menyodorkannya padaku, “Pakai saja langsung”, Aku menerima handphone nya kemudian menelusuri kontaknya. Banyak sekali ternyata kenalan dia yang dapat antar jemput makanan. Maka aku yang tak pusing ingin bertanya langsung memilih yang pertama dengan nama ‘canteen’.

Ia mengamati pilihan kontakku kemudian mengambil kembali ponselnya sembari langsung membuka history message dengan ‘canteen’. Banyak sekali emoticon lucu dan jempol-jempol.
“Ah, ini enak! Dia menjual apa saja yang kamu inginkan. Ini pesan saja” Kemudian menyodorkan kembali ponselnya.

Aku bergegas menekan tombol hijau kemudian dalam dering ketiga terdengar suara serak di seberang.

“Halo?” Kataku ragu.
“Ha…..Lo…”, “Hei! Jangan main-main dengan telepon!”
“….”
“Halo, selamat siang dengan rumah makan canteen disini. Apa ada yang bisa dibantu?”
“Ah… Aku ingin memesan nasi campur, dibungkus dan bisakah diantar ke tempat?” Jawabku sambil menatap keluar jendela.
“Bisa, ingin memakai lauk apa?”
“Err… Sayur mayur boleh, tauge, buncis semacam itu… Ah! Telur dadar, kalau ada ayam juga boleh”
“Oke, diantar kemana?”
“Depan KFC, SD Bintan”
“Siap, nanti akan kami antar”

Begitu telepon aku tutup, aku langsung mencari sosok temanku yang meminjamkan ponselnya. Tetapi ternyata ia sudah hilang entah kemana. Karena beniat ingin mengembalikannya, aku langsung melangkah keluar dari kelas dan hendak menuruni tangga, ketika kemudian aku melihat sosoknya tampak belakang aku langsung berteriak memanggil namanya.

Menoleh kaget kemudian aku langsung menyodorkan ponsel miliknya kemudian berterima kasih. Saat itu pula tiba-tiba hujan turun deras sekali, tangga sekolah kami memang tidak ada atapnya dan otomatis kami terlanjur basah lantaran tiada peringatan dari sang awan.

Aku bergegas menuruni tangga, entah apa yang kupikirkan aku malah berniat mengunjungi perpustakaan sekolah. Di tengah jalan di tengah ribuan titik hujan aku berhenti. Jantungku berdetak tidak karuan melihat pemandangan yang mengerikan, sepertinya aku telah teleportasi ke alam lain lagi.

Sebuah pasukan (aku termasuk didalamnya) diperintahkan agar segera bersembunyi dari ‘zombie-zombie’. Aku seakan mengerti bahaya apa yang terjadi kemudian bergegas berlari ke tujuan utama ku, perpustakaan. Kondisi bangunan saat sebelumnya masih normal, kokoh. Namun begitu scene ini dimulai, puing-puing berserak dimana-mana. Aku menemukan salah seorang temanku yang tiarap di sebelah rak buku yang sudah kosong (yep, buku-buku tersebut sudah jatuh berhamburan) begitu dia melihat sosokku ia berdengus marah.

“Apa yang kau lakukan!? Ini tempat sembunyi ku”
“Hei, tempat ini besar! Kita kan bisa sharing, berdua juga lebih baik!”

Tepat saat kata itu berakhir, dentuman keras terdengar dari arah pintu. Rasa-rasanya ‘zombie’ tersebut menyadari keberadaan kami, refleks aku langsung menjatuhkan diri ke lantai dan mengintip ngeri kearah pintu. Dua sosok tinggi berbalut kemeja lusuh compang-camping berjalan masuk. Mereka memasuki ruangan dan mengelilinginya sambil sesekali mengangkat puing-puing bangunan untuk mencari apakah ada yang bersembunyi.

Derik kaki mereka melangkah mulai bergerak kearah aku dan temanku, aku yang bersembunyi dibawah tumpukan buku mulai panik. “I’m dead for sure” pikirku. Sesaat aku merasakan bayangan gelap menghadang ku, ya, makhluk itu berada tepat di depanku. Aku menutup mata pasrah tetapi kemudian melesat membukanya lagi.

TRIIIIIIIIINGGGGGG!!

Suara bel berpekik keras dari luar, makhluk tersebut sontak berlari menuju kearah pelaku. Uh, kurasa bel sekolah telah menyelamatkan hidupku. Aku membebaskan diri dari buku-buku kemudian mendapati temanku sudah mengenakan ranselnya.

“Ikuti aku!” Katanya sambil berlari keluar.

Entah apa yang terjadi aku bergegas berlari mengikuti dibelakangnya. Kami sampai di depan kelas (yang kukenali itu ruang kelas ku saat aku kelas 3 SD), salah seorang temanku sudah menunggu kedatangan kami didepan. Kami masuk dan ‘ruang kelas’ yang selama ini kukenal amat berbeda disini, ini tempat yang layak ditinggal. Seperti rumah hanya saja dalam ukuran 30m2.

 “Bangun”

Suara yang amat kukenal terdengar kesal, rasa-rasanya ia sudah beberapa kali mengucapkan mantra itu dan well… Baru manjur sekarang. Jam menunjukkan pukul 06.30, saat nya memulai aktivitasku.

-o0o-

Hai guys! Seperti biasa petualangan absurd endingnya seperti ini huahaha. Untuk yang pertama kali baca pasti bingung ya.. So bagi yang masih kurang ngerti apa itu petualangan absurd akan aku jelasin lagi deh!
Petualangan absurd itu isinya mengenai mimpi-mimpi aku, jadi memang feel nya aneh plus endingnya selalu menggantung gini.
Alasan kenapa aku menuliskannya? Yah karena menurutku mimpi-mimpi ini cukup keren dan aku pingin sharing ke kalian (well siapa tau dapat menghibur kalian). Nah Petualangan Absurd punya beberapa part loh! Kalian bisa search di tombol sebelah kanan dengan keyword ‘Petualangan Absurd’, enjoy your read!

Oke cukup sampai sini saja, jangan lupa react, comment and share karena itu bakal berarti banget! Thank you banget buat kalian yang udah baca disini ya, buat yang pertama kali datang gua ucapkan selamat datang, dan untuk yang merayakan selamat hari natal ya! :)
See you guys on the next post, CIAO~

Saturday, December 9, 2017

Wanita Selalu Benar?

December 09, 2017 2 Comments
Hello! Kali ini aku ingin sharing pendapat mengenai suatu hal yang mungkin saat ini kalian sangat menyetujuinya namun rasa-rasanya ini sedikit tidak adil (setidaknya bagiku). Beberapa malam sebelumnya aku sempat membaca artikel-artikel, dan diantaranya banyak sekali ungkapan-ungkapan seperti “wanita itu selalu benar”, “Wanita dapat memulai perang dunia keberapa pun” dan lain-lain banyak sekali yang menujukan bahwa wanita selalu benar. Okay, bukan karena aku ini salah seorang wanita, bukan karena aku tersinggung, bukan karena aku ingin berkata aku benar, tapi sekali lagi aku hanya ingin mengutarakan pendapat ku.

Entah siapa pula yang awalnya menciptakan ungkapan tersebut, aku tidak mengatakan tidak setuju atau sebaliknya, tapi menurutku kemungkinan besar adalah kaum adam yang menciptakan quotes tersebut. Meskipun bila jika kaum hawa yang menciptakannya, sebagian besar yang menggunakannya adalah lelaki. Aku berkata demikian karena dilingkungan hidupku aku sering mendengar perdebatan teman-temanku. Dan biasanya jika para lelaki menyerah tetapi masih ada rasa jengkel maka ia akan berkata “Ah, cewek mah selalu benar!”.

Bila ditelusuri lebih jauh, pastinya banyak yang mengatakan benar pada kalimat lelaki. Bukankah ini sedikit tidak adil? Maksudku bila kalian yang tidak mengetahui penyebab mereka berdebat dan kemudian jika memang lelaki yang salah kemudian mengatakan quotes andalan maka BOOM! Auto win. Jadi maksudku disini adalah, bukankah yang selalu benar itu lelaki?

Kalian paham maksudku? Bila tidak akan kujelaskan. Begini perasaan cewek kalau memang ia salah dan cowok mengatakan kalimat sakral itu:
‘Memang kok cewek selalu benar. Seharusnya lelaki dong ngalah! Kalau udah tau demikian harusnya gak usah deh berdebat sama aku’.

Ini namanya cewek egois.

Sedangkan ini perasaan cewek yang memang benar:
‘Hah? Kok kayaknya jadi aku yang salah? Apa-apaan bawa quotes begituan, rasanya gak enak banget kata-kata begitu. This is so wrong, tapi kalau aku menegaskan aku benar tampaknya aku yang akan menjadi orang jahat’.

Bukankah ini namanya cewek serba salah? Justru tampaknya kedua contoh diatas menempatkan cewek sebagai makhluk egois, selalu ingin benar (meski salah diantara mereka memang egois yak).

You got me? Intinya wanita selalu dipandang ingin benar dan tidak ingin mengalah. Sejujurnya aku pribadi paling tidak suka jika terjadi sedikit perdebatan dan lawan bicara aku (mau itu cewek atau cowok) berkata “Yah, kamu menang aku kalah”. Aku paling tidak suka! Oops jadi curhat hehe.

Anyway, untuk yang membaca baik lelaki maupun perempuam yang ingin menyelesaikan masalah masalah dengan baik jangan gunakan kalimat “Wanita/Cewek/Perempuan selalu benar” atau”Udah deh kamu menang”. Karena sesungguhnya itu sangat tidak mengenakkan untuk pihak yang menerima kata-kata tersebut. Mohon ditahan emosinya bagi yang diperlakukan seolah-olah salah tapi sebenarnya kamu benar, didoakan saja orangnya :)

Thank you so much sudah luangin waktu baca konten kali ini, jangan lupa react, comment, dan share!
See you guys on the next post, CIAO~

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)

Saturday, December 2, 2017

Dereck Milton - I'm Disappointed Towards Old People

December 02, 2017 1 Comments
Namaku Dereck Milton dan aku selalu kecewa terhadap orang tua. Yah tampaknya aku seperti anak tidak sopan yang duduk dan menceritakan pengalaman burukku bersama orang tua. Tapi coba dengar dahulu kedua ceritaku.

Saat aku masih kecil, ibuku selalu berteriak bahwa aku ini adalah penyesalan terbesarnya. Apa salahku waktu itu? Karena aku menunda pekerjaan yang ia suruh, mencuci baju. Tidak hanya itu, ia juga memanggilku dengan nama-nama yang dapat kau temui disuatu tempat yang bernama ‘kebun binatang’. Padahal dua hari yang lalu ketika ia berulang tahun, aku memberinya kejutan manis, aku tidak berharap ia akan menyayangiku sebagaimana semestinya setiap orangtua lakukan. Tetapi tidakkah ia bersikap keterlaluan? Aku bukannya menolak melainkan menunda. Tidakkah sebersit pun terlintas pemikiran bahwa yang ia ucapkan itu adalah salah? Haruskah selalu aku yang disalahkan?

Untuk apa aku dilahirkan jika aku adalah penyesalan terbesarnya. Aku pernah saking marah dan kecewa menyuruhnya untuk membunuhku dan ia akan bebas dari rasa sesalnya, apa jawaban yang kudapatkan? Sebuah tamparan. Sungguh orang tua itu sangat membingungkan bukan?

Saat aku beranjak dewasa aku bekerja di suatu perusahaan. Bos ku adalah orang tua yang kumaksud disini. Perusahaan ini adalah turunan dari ayahnya yang memang sangat brilian (aku mendengarnya dari pekerja senior). Tetapi bosku yang sekarang ini hanya mengandalkan sekretaris dan manager untuk memutuskan perkara perusahaan. Aku tidak terlalu peduli akan hal tersebut, toh aku mengerjakan tugasku dengan baik dan gaji yang kuterima juga sepantasnya. Suatu ketika ada sebuah rapat besar yang diadakan di kantorku, rapat ini mengundang lima perusahaan besar yang ingin turut menginvestasi saham ke perusahaan kami dan bosku panik. Sebab yang akan membawa pembicaraan selama rapat berlangsung adalah dia sendiri.

Aku tidak mengerti mengapa harus bos ku sendiri yang menyampaikannya, tapi aku sungguh sangat kesal. Ketika pembahasan berlangsung ada salah satu dari mereka melontarkan pertanyaan di sesi tanya jawab, tentu saja ‘kebetulan’ itu mengacu kepada bagian perusahaan yang dimana aku ditempatkan. Bosku melirikku sekilas kemudian menaikkan alisnya (aku masih dapat mengingat tatapannya). Aku menguasai pekerjaan ku, aku mengenali sangat pekerjaanku. Tentu saja aku dapat menjawabnya.

Kau tau apa yang terjadi keesokan harinya? Aku diberi surat peringatan. Alasan? Bos ku melirik dan menaikkan alis pertanda bahwa aku seharusnya membisikkan jawaban ke telinganya dan kemudian ia yang akan menyampaikannya supaya ia tidak terlihat bodoh. Benarkah semua ini terjadi padaku? Ya.
Oke sekian dari pengalamanku. Kurasa sekarang kalian cukup mengerti mengapa seorang Dereck kecewa terhadap orang tua. Sebenarnya kita orang muda memang sepatutnya menghargai mereka, aku paham benar hal itu.

Just because you’re offended doesn’t mean you’re right.

Tetapi apakah mereka memikirkan sebaliknya? Untuk kita? Kurasa hanya sekian persen yang melakukan hal yang sepatutnya. Aku tidak menyalahkan hanya ingin sekedar mengingatkan,

Just because you’re older doesn’t mean you have the right to be disrespectful.

-Dereck Milton, 2017 (Karakter Fiksi oleh Fergiana).
-o0o-

Hai! Terimakasih sudah membaca sampai sini, semoga saja post ini menghibur kalian. Berikut beberapa pertanyaan~ Boleh dijawab di comment ya :D1. Perasaan Dereck saat dikecewakan oleh orang tua sekitarnya?
2. Apakah Dereck membenci orang tua?
3. Pendapat kalian mengenai cerpen diatas?
Sekian post kali ini, jangan lupa reactcomment dan share! CIAO!

(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)