My Favorite Hello and Hardest Goodbye: First Pet, Apui
Fergiana
September 28, 2019
1 Comments
Sekitar 3 bulan
yang lalu aku bertemu dengannya. Waktu itu aku sedang duduk-duduk di depan meja
kasir sambil main HP. Tiba-tiba papa
memanggil-manggil aku, karena tidak begitu jelas suaranya, aku keluar dan papa
menyuruh aku melihatnya. Dia berada di depan ruko sebelah, terlihat ragu untuk
mendekati kami, tetapi matanya terus menerus melihat kearah kami.
Aku segera masuk
ke dalam toko dan mengambil toples roti, kupanggil dia datang dan lucunya dia
menurut malah lahap memakan roti pemberianku. Tubuhnya gempal, pendek dan
wajahnya memancarkan sirat prihatin, kerutan di wajahnya banyak meski aku yakin
umurnya masih sangat muda. Kami semua gemas dengannya, aku tidak butuh alasan
khusus karena pada dasarnya aku memang menyukai anjing.
Anjing kecil itu
sering main ke tempat kami dan tetangga, rumahnya berada di gang bawah dekat
toko kami. Karena awalnya kami tidak tau namanya, aku memanggilnya “Apui” yang
berarti si gemuk. Selang beberapa minggu kami baru tau namanya “Molly”. Uh, dia
jantan, karena itu kami tetap memanggilnya Apui. Ngomong- ngomong, saat ini
umurnya baru 4 bulan! ( September 2019). Jadi waktu kami pertama bertemu
dengannya baru berumur satu bulan.
Awalnya mama tidak
setuju memberinya makan, karena nanti dia pasti akan sering datang, tetapi begitu
melihat perawakannya mama langsung ketawa. “Mukanya tua sekali!”, setelah itu
kami rutin menyisihkan makanan atau sengaja membeli tulang dan daging ayam
untuknya. Tidak butuh waktu yang lama Apui sudah semakin besar tubuhnya,
kakinya panjang dan bahunya lebar. Tentu saja kerutan di wajahnya masih ada.
Pemilik Apui
sebenarnya tidak baik. Karena mengetahui bahwa sering dikasih makan, mereka
berhenti memberinya makan, malahan berpesan kalua-kalau dia nakal pukul saja
pakai kayu. Aku kesal sekali karena mereka sama sekali tidak bertanggung jawab.
Pernah sekali
waktu malam hari sekitar jam 7 menjelang 8, pintu toko kami terbuka sedikit,
tiba-tiba kami melihat Apui sedang duduk di sana, mengibaskan ekornya dengan
semangat. Kami sekeluarga kaget sekali, karena sangat tidak aman untuknya
malam-malam di luar, kasus penculikan anjing untuk dipotong sangat banyak. Kami
memanggilnya masuk, dia terlihat ragu dan tidak berani. Memang biasanya dia
hanya di luar saja, tidak diizinkan masuk karena pelanggan kami takut
dengannya. Setelah memberinya jatah tulang ayam besok pagi, papa mengantarnya
pulang.
Beberapa waktu
yang lalu Apui sudah tidak mengunjungi kami, ternyata dia sudah diikat di
rumahnya. Saat berada di lantai 3 aku dapat mendenggar gonggongannya, lewat sekitar
2-3 hari, pemiliknya tiba-tiba datang dan berkata kalau-kalau kami ingin
mengadopsinya, kalau tidak akan dibawa ke tempat pemotongan.
Mendengar hal
tersebut kami sangat marah sekaligus prihatin. Siangnya papa membawa Apui naik
setelah memberi pemilik biaya kompensasi (padahal toh kami yang kasih makan).
Kondisinya sangat buruk kata papa, sebelum di bawa naik dia sudah dimandikan
terlebih dahulu. Apui terkurung di kandang ayam dan badannya penuh dengan
lumpur. Saat papa menjemputnya dan memanggilnya, Apui sudah tidak bersemangat,
malah tidak mau keluar.
Kami sama sekali
tidak mempunyai tempat untuk memeliharanya, sementara ini kami meletakkannya di
gudang. Meski ada sedikit kejanggalan yaitu ekor Apui tidak pernah lagi naik,
sepertinya takut/tidak senang, dan lagi dia suka sekali menggigit dan menjilati
ekornya. Setelah kami teliti lebih lanjut, ternyata ekor Apui terluka parah. (berikut gambar before after)
Awalnya kami ingin
membersihkan dan memberi obat di luka tersebut, tapi begitu di pegang Apui
langsung menggeram marah. Lewat dua hari
ekornya bertambah parah, dari yang basah tiba-tiba dagingnya tampak kemerahan,
kami panik dan siangnya sekitar jam 1.30 aku dan papa membawanya ke dokter
hewan.
Waktu itu aku
sempat khawatir Apui akan ngompol di mobil, tapi untungnya tidak, malah dia
anteng sekali. Setelah sampai di rumah sakit hewan, ternyata belum buka. Apui
loncat dari jok mobil dan papa membawanya ke lahan kosong sebelah untuk
jalan-jalan sementara aku duduk di lobi menunggu dokter.
Tidak lama
kemudian seorang perawat datang, aku segera memanggil papa. Keduanya datang dan
berhenti di depan parit yang sudah diberi jeruji besi. Apui tidak berani
melewatinya dan papa harus menggendongnya masuk. Begitu sampai di dalam Apui
tidak bergeming, kaki-kakinya menahan dan tidak mau jalan. Sementara papa sibuk
menenangkannya, aku mengisi data-data pasien. Setelah timbang badan (16.7 Kg!
Baru 3 bulan kami beri makan dan sudah seberat itu!), suster menyuruh kami
masuk ke ruang praktek.
Ruangan praktek
sangat bersih, Apui diletakkan dan wajahnya terlihat ketakutan. Setelah
memasang sarung tangan, suster bertanya apakah dia berantem, kami jawab tidak,
dia adalah anjing tetangga yang sudah tidak diinginkan dan kami adopsi, dia
sering gigit ekor sendiri.
Pembersihan ekor
Apui dimulai dengan mencukur bulu ekornya, baru saja lewat 1 menit Apui sudah
menggeram, papa memeluk kepalanya dan mengelus-elusnya supaya tenang tapi masih
saja tidak mau. Maka dari itu diputuskan untuk bius, dimana untuk bius pun
sangat susah karena Apui tidak mau bebaring menyamping. Tapi untungnya setelah
ditahan papa, obat bius masuk dan Apui sudah tidak begitu panik lagi, dia duduk
kemudian berbaring. matanya mulai berat dan akhirnya tidak bergerak lagi meski
matanya terbuka.
Suster mulai
mencukur dan membersihkan luka, lukanya panjang sekali sekitar 10cm lebih, kata
dokter meski tertidur Apui masih bias merasakannya karena ekornya terus
melawan. Waktu pembersihan hamper selesai, ujung ekor Apui terlihat seperti
akan putus, papa bertanya apakah tidak bisa langsung dipotong saja bagian yang
luka, kata suster itu harus operasi besar dan sebenarnya ekornya masih bagus,
jadi saying jika dipotong. Tapi karena ujungnya sudah hampir lepas
sampai-sampai tulangnya terlihat, suster memotongnya dan reaksi yang diberikan
Apui adalah kaki nya langsung bergerak, kasihan sekali, pasti amat sakit. Aku
sempat menitikkan air mata karena tidak tega melihatnya kesakitan meski sudah
dibius.
Setelah 1 jam
berkutat, diakhiri dengan semprotan anti lalat dan memasangkan collar di
lehernya supaya tidak dijilatnya, Apui siap dibawa pulang. Setelah membayar
kami membawanya kembal i ke gudang toko.
Pemasangan collar
sama sekali tidak membantu, Apui masih bisa menjilat ekornya, dan itu membuat
kami semua kesal, bagaimana bisa sembuh kalau dijilat terus? Tidak bisa
mencegahnya dan kami hanya dapat berharap, semoga saja obat-obat antibiotik
yang diberikan dapat membantu penyembuhan.
Sedikit informasi, luka di ekor Apui adalah dari dirinya sendiri yang
stres kemudian berujung melukai diri sendiri, itu terjadi karena dia terbiasa
bebas tidak dikekang maupun dikurung. Kami
pikir akan lebih baik jika dia dibelikan beberapa mainan meski tidak terlalu
membantu, kami harus mengajaknya bermain barulah ia tidak mempedulikan ekornya.
Apui sudah mulai bersemangat keesokan harinya, ekornya sudah mulai kering meski
ia masing sering menjilatinya.
Nafsu makan Apui
kian hari bertambah besar, aku dan mama keliling ke 3 supermarket untuk
mencari makanan anjing, aku baru tahu, ternyata mencari makanan anjing lebih
susah, setelah menemukan makanan anjing, aku juga membeli bola tenis untuknya
(yang tidak ia mainkan, dia lebih senang main tarik-tarikan kain).
Sekitar 3-4 hari
ekor Apui tidak lagi menjatuh, sudah mulai naik dan nakal, aku sendiri sudah
tidak sanggup membawanya jalan-jalan karena bukan aku yang tarik malah dia yang
menarikku, papa pun kewalahan menghadapinya.
Kalian tahu, kalau
aku adalah pribadi yang menyukai anjing, sudah lama aku menginginkan seekor
anjing, dan kini untuk waktu ini keinginan itu tercapai, kesenangan bercampur
dengan kesedihan karena kami tidak memiliki tempat yang layak untuk memelihara
anjing.
Rumah selalu
kosong dari jam 8 pagi sampai 8 malam, toko buka sampai jam 6 sore dan gudang
bukanlah tempat yang bagus untuk peliharaan. Meski kami semua sangat
menyayanginya, tetapi kesenangan Apui tetaplah yang terpenting, ia tidak suka
diikat dan dikurung, ia suka kebebasan! Dengan berat hati kami harus mencari pemilik
baru untuknya, tentunya yang bertanggung jawab dan dapat memberinya perhatian.
Saat ini Apui
sudah sembuh, tiap pagi aku akan mengunjunginya di gudang untuk sarapan dan
mengajarinya trik-trik (aku hanya bisa mengajarinya duduk, belakangan aku
menyuruhnya untuk bersabar jangan makan dulu, malahan aku digonggong hahaha). Kadang
setelah makan siang aku juga pergi untuk mengajaknya main, sore hari giliran
mama yang melihatnya. Papa juga harus mengajaknya buang air setelah jam 3,
malamnya jam 7 kami akan membawakannya makanan kemudian jalan-jalan di sekitar
selama 1 jam dan baru mengajaknya main sebentar di gudang kemudian pulang.
Berikut adalah foto-foto ketika kami membawanya pulang ke rumah untuk jalan-jalan.
Kami sudah
mengontak banyak kenalan, dan pas hari ini (21-09-2019) kami menemukan calon
pemilik Apui. Dia adalah teman papa yang memiliki kebun. Di sana Apui bisa
bebas berkeliaran dan memiliki pekerjaan tetap: mengusir tupai dan kera (semoga
tidak sebaliknya).
Apui adalah anjing
yang sangat ceria dan senang bermain. Pernah sekali aku tidak sengaja
melepaskan sendal ku, dengan sigap langsung dicurinya dan dikibas-kibaskan, aku
sampai harus menelepon papa supaya dia mengembalikannya padauk (ceritanya aku
ngadu haha).
Dia juga ramah dan
tidak galak. Kalau kami baru berpisah 2 menit dan bertemu lagi, dia akan
memberikan reaksi seperti sudah 2 tahun tidak berjumpa. Lucunya, ia adalah
penakut, tidak berani sama kecoak dan sering ditempeleng kucing, dia cuma
berani dengan baskom mandinya. Pernah sekali ketika ada tukang sedang las besi
Apui lari dan bersembunyi di bawah kolong, gemetaran dan tidak mau keluar saat
dipanggil.
Apui juga setia,
kami pernah bermain petak umpet, dia terus menerus mengelilingi gudang (gudang
kami memiliki banyak sisi untuk besembunyi) dan lama sekali menemukannya,
sungguh lucu sekali!
Besok kami sekeluarga
akan mengantarkannya ke kebun teman papa, dan seandainya, seandainya Apui ingin
mengikuti kami pulang (Apui tidak pernah mau naik mobil sendiri), jika kami
memang berjodoh, papa bilang akan memeliharanya. (21/09/2019)
Update terbaru: besok Apui sudah seminggu di kebun! Kami akan mengunjunginya esok (28/09/2019)
Yang memakai topi adalah pemilik baru Apui.
Singkat cerita,
Apui berlari kencang sekali mengikuti mobil kami saat kami hendak pulang (aku
langsung nangis karena merasa bahwa kami tidak menginginkannya), tetapi waktu
kami ingin menaikkannya ke mobil, Apui langsung lari.
Kebun itu jauh
sekali, 60km lebih. Di sana ada berbagai pohon buah, kendang babi, kendang ayam,
dan tentunya anjing! Banyak sekali, sekitar 4-5 ekor. Mama sempat nangis karena
takut Apui akan berantem dengan mereka (bahkan ingin langsung membawanya
pulang). Tapi nasi sudah menjadi bubur, Apui memang terlihat lebih betah di
kebun, dia bebas, tidak dikekang dan kemungkinan besar dapat berkeluarga di
sana.
Foto ini dikirim oleh pemilik baru Apui sehari setelah dia tinggal di sana.
Aku dapat merelakannya karena Apui tidak akan stres di
sana, dia bebas, tidak akan lagi menggigit diri sendiri! Karena itu aku dan
mama sudah sepakat akan menunggu Apui menikah dan kami akan memelihara salah
satu anaknnya, anaknya akan dipelihara di rumah sedari kecil, dengan begitu ia
tidak akan stres jika tidak keluar rumah.
Terima kasih untuk
waktu yang singkat ini, kau sangat berarti untuk kami semua (jangan curi sendal
orang lain!).
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~