Catatan Akhir 2020
Kalau semua sudah selesai, apa lagi? Kalian
tahu, kalau-kalau akhir tahun membuatku menjadi sentimental. Usiaku sekarang
masih muda, memasuki 22 tahun depan, mungkinkah anak-anak sekolah sekarang
mendengus dan tertawa kecil ketika aku mengatakan aku masih muda? “Yeah, masih
muda kami yang belasan.” Baiklah, jika dibandingkan seperti itu memang benar,
lagipula kalau mau membanding-bandingkan, toh tidak ada habisnya.
Ngomong-ngomong aku tidak mau menghabiskan satu paragraf dengan omong kosong.
Saat ini aku sedang menganggumi orang tuaku, perjalanan yang sudah mereka
lalui, pertemuan-pertemuan, rencana-rencana, keberhasilan dan kegagalan. Apa
aku suatu hari nanti bisa menjadi seperti mereka? Semoga saja. Aku yang baru
mulai saja sudah mengeluh ini itu. Kadang-kadang ketika aku sadar, aku akan
menampar diri sendiri (dalam pikiran tentu saja) supaya aku berhenti dan
mengatakan semuanya akan berjalan dengan lancar, aku bisa, aku akan melalui
ini. Hahaha, kalau itu berhasil aku tidak akan selalu kembali di titik yang
sama bukan? Dengan menuliskan ini saja aku berpikir, “Ah, lagi-lagi aku melakukannya.
Tapi rasanya beda, karena aku suka dengan suara ketikan-ketikan yang
dihasilkan, aku suka melihat tulisan-tuliasn panjang yang di hadapanku. Sudah lama
sekali aku tidak menulis, ini rasanya tidak terlalu buruk. Meskipun aku
harusnya mengerjakan list-list yang tidak akan berkurang ini.” See?
Aku melakukannya lagi.
Aku rasa aku hanya capek dan kewalahan tidak
bisa menikmati rasa capek ini. Aku sudah ketinggalan, dan nanti pasti
bisa kukejar, nah, setelah sudah terkejar, apa lagi? Suatu malam aku bingung
dengan apa yang saat ini menjadi tujuanku, setelah selesai, apa lagi? Atau
mungkin sebenarnya aku masih belum tahu dengan tujuan akhirku? Aku tidak ingin
berjalan tanpa arah ataupun rencana, aku ingin semuanya sesuai dengan apa yang
kurencanakan, setidaknya sedikit persiapan, aku tidak mau hasil spontan,
bagaimana cara untuk menjadikan sesuatu sebagai tujuan akhirmu? Aku penasaran
dan ingin segera melakukannya, aku tidak suka ‘berhutang’ ya, aku menyebut
pekerjaanku seperti itu, karena ada waktu tenggatnya hahaha. Selalu ingin
mengerjakannya tepat waktu atau lebih baik sebelum waktunya, karena
dengan begitu aku akan merasa lega, ah, jadwalku kosong. Nyatanya aku akan
bosan dan berusaha mencari kesibukan baru, begitulah, setelah selesai, apa
lagi?
Kurasa aku terlalu jahat pada diri
sendiri, tapi kalau aku berpikir seperti itu, bukannya itu hanya sebuah alasan
belaka? Supaya aku bisa sedikit bermalas-malasan dan melakukan hal-hal yang
bukan menjadi prioritas, biasanya jika itu terjadi, aku harus mati-matian
mengejar lagi sebelum waktunya. Tidak terlalu buruk, tapi aku juga kurang suka
kalau hal itu terjadi. Melelahkan.
Aku selalu berpikir kalau setelah tujuanku
tercapai aku akan senang, nyatanya aku tidak selalu senang, ketika orang lain
memujiku, aku merasa belum cukup. Rasanya lebih termotivasi ketika orang lain
menganggap remeh, aku terpacu untuk lebih maju lagi, bukankah itu tidak sehat?
Aku tidak tau cara mengubahnya, kalau saja ada tombol hapus atau edit
sudah pasti aku klik. Atau jangan-jangan aku hanya tidak ingin mengakui kalau
aku sudah bekerja keras, karena pujian-pujian biasanya membuatku nangis. Itu juga
tidak baik, aku tidak suka perasaan tenggorokan tercekat.
Liburan natal sebentar lagi tiba, tahun ini tidak begitu buruk, banyak petualangan yang menarik. Aku masih belum tau bagaimana cara mencari dan mengetahui tujuan akhir, apakah memang sulit? Jika iya, selamat buat kalian yang sudah menemukannya, dan semangat buat kalian yang belum. Menulis sepertinya membangkitkan mood, atau mungkin efek susu coklat yang baru kuminum, kurasa aku memang senang menulis. Terima kasih sudah membaca keluhanku, aku balik kerja dulu ya.
-o0o-