Hari itu kami
semua sibuk sekali meskipun tidak ada apapun yang sebenarnya kami kerjakan
selain menatap jam dan mondar-mandir. Hari minggu, tepatnya tanggal 29 September
2019 dijalani seperti hari-hari minggu biasanya, membersihkan rumah di pagi
hari kemudian selanjutnya menunggu papa pulang karena perut sudah lapar.
Setelah makan siang biasanya aku langsung mendekam di kamar seharian dan tidak
keluar jika tidak perlu ke toilet ataupun mengisi botol air (waktu favorit
aku!).
Hari itu sedikit
berbeda, meski tidak jarang kami sekeluarga jalan-jalan di hari minggu, tapi
hari itu destinasi kami terhitung baru, ya, kebun teman papa di mana yang saat
ini menjadi tempat tinggal Apui.
Pagi-pagi sekali
mama sudah sibuk merebus satu kotak besar makanan Apui, menyiapkan satu kantong
besar berupa snack-snack nya juga.
Selesai makan siang, papa juga menyuruh mama agak cekatan soalnya kami tidak
ingin sampai di sana di sore hari, perjalannya memang lumayan jauh. Hari itu rasanya
perjalanan terasa lebih lama dibandingkan dengan pertama kali kami ke sana,
entah karena aku tidak perlu repot menyuruh Apui duduk diam atau karena kami
semua sangat bersemangat dan tidak sabaran untuk bertemu dengannya.
Saat kami sampai,
kami bingung karena tidak ada orang ataupun Apui yang menyambut, tapi tak lama
kemudian teman papa muncul dan segera membuka pagar rumahnya, dan dari pintu
pagar itu juga Apui langsung berlari keluar menyambut kedatangan kami. Dia
memanjat kami satu persatu kemudian mengikuti kami kemanapun kami pergi.
Setelah sesi
percakapan dan ucapan terima kasih berakhir (ada juga sesi di mana aku memeluk
anak anjing yang baru berumur 3 minggu!), kami ingin pamit pulang. Begitu pintu
mobil dibuka, hal yang paling tidak mungkin terjadi hari itu terjadi! Apui
langsung menaiki mobil meski tidak ada yang duduk di dalam, dipanggil turun pun
dia tidak mau. Papa sudah mulai sedih dan tidak tegaan, bertanya apakah kami bawa
pulang saja atau bagaimana. Tapi aku dan mama ragu karena takutnya nanti Apui
bakal kembali stres jika dikurung lagi di dalam gedung, maka kami urungkan niat
dan berkata tidak. Maka teman papa segera memeluk Apui supaya dia tidak lagi
mengikuti kami (kesannya kami jahat sekali ya…).
Setelah Apui
dimasukkan kembali ke rumah dengan pagar tertutup, kami mengucapkan selamat
tinggal sekali dan mobil pun meninggalkan kebun, papa menyetir lambat sekali
dan dia berhenti dengan berkata “Itu Apui mengikuti kita!” yang ternyata adalah
anjing lain, maka tanpa ragu lagi papa mulai menginjak gas. Saat itulah aku
melihat Apui di seberang sana. Memacu tenaga kaki-kakinya yang jenjang sekuat
mungkin mengikuti kami. Kami dibatasi oleh sebuah lubang besar yang lumayan
dalam. Karena panik, Apui melihat kiri kanan kemudian langsung terjun kebawah
(kami semua kaget karena dia itu kan penakut!), yang kemudian muncul lagi
dengan kecepatan sama kea rah mobil kami. Dia sempat berhenti karena ada
genangan air yang besar, dia memilih untuk memutarinya dan berlari kearah kami.
Tidak sama seperti pertama kali dia mengejar kami di
minggu lalu, dia tidak mau masuk mobil, kali ini dia tidak ragu dab ingin masuk
ke dalam mobil yang kemudian dihentikan mama karena dia harus dibersihkan dulu
kaki-kakinya (waktu itu hujan baru berhenti dan banyak sekali tanah merah).
Saat membersihkan, teman papa datang menyusul, kami segan sekali karena ingin
membawanya pulang. Bahkan teman papa bilang dia akan kembali mengambil collar dan tali Apui. Aku mengikutinya
pulang dan mengucapkan maaf & terima kasih.
Hari itu, 29 September 2019 kami resmi memelihara anjing
pertama kami.
Sudah hampir sebulan Apui menjadi bagian dari keluarga
kami, dia tinggal di toko lantai 3 dan 4, bebas tidak diikat, ia senang
mengikuti kami kemana pun. Kelakuannya terkadang mengundang emosi tapi disudahi
dengan tawa karena dia sering sekali mencuri sendal, ketika dimarah dia
langsung melepas sendal kemudian langsung lari ke lantai 4, atau ketika ia
menggigit-gigit kami dan dimarahi, dia akan pura-pura tuli dan langsung melihat
kearah langit-langit kemudian bersembunyi di balik handuk-handuk. Ada banyak
sekali cerita lainnya, tapi intinya hanya satu. Dia. Lucu. Sekali.
Akhir kata sebelum aku menyudahi cerita ini aku ingin sharing tentang suatu hal. Aku ingin
berterima kasih kepada Tuhan tentunya karena memberi aku suatu mujizat, mujizat
itu ialah Apui sendiri. Kalau kalian mengenal aku, kalian semua pasti tau bahwa
aku sangat-sangat menginginkan guguk! Tapi karena mama tidak memperbolehkan
maka hal itu dikatakan MUSTAHIL karena tidak ada hal yang bisa dinegosiasikan (kalian boleh tanya ke teman-teman dekatku).
Suatu hari di bulan Juli-Agustus aku pernah berdoa
seperti ini kepada Tuhan:
“Tuhan aku ingin sekali
memelihara anjing yang tipenya seperti kucing-kucing liar, yah, aku memberinya
makan dan kemudian dia akan pulang ke rumahnya sendiri. Tapi aku tau itu
MUSTAHIL terjadi karena, hei, ini Tanjung Pinang, dan anjing liar seperti itu
mustahil ada.”
So
yeah, basically aku salah karena
mengatakan mustahil kepada Tuhan, apa yang mungkin mustahil buat-Nya? Nothing!
Semoga kalian terhibur
dengan cerita Apui dan akhir kata aku ingin mengingatkan kalian suatu hal,
yaitu tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! I got Apui! Yeay.
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
What are the chances of that happening and it still happened
ReplyDeleteWhat are the chances of that happening and it still happened
ReplyDelete