Namaku Dereck Milton dan aku selalu kecewa terhadap orang tua. Yah tampaknya aku seperti anak tidak
sopan yang duduk dan menceritakan pengalaman burukku bersama orang tua. Tapi
coba dengar dahulu kedua ceritaku.
Saat aku masih
kecil, ibuku selalu berteriak bahwa aku ini adalah penyesalan terbesarnya. Apa
salahku waktu itu? Karena aku menunda
pekerjaan yang ia suruh, mencuci baju. Tidak hanya itu, ia juga memanggilku
dengan nama-nama yang dapat kau temui disuatu tempat yang bernama ‘kebun
binatang’. Padahal dua hari yang lalu ketika ia berulang tahun, aku memberinya
kejutan manis, aku tidak berharap ia akan menyayangiku sebagaimana semestinya
setiap orangtua lakukan. Tetapi tidakkah ia bersikap keterlaluan? Aku bukannya
menolak melainkan menunda. Tidakkah sebersit pun terlintas pemikiran bahwa yang
ia ucapkan itu adalah salah? Haruskah selalu aku yang disalahkan?
Untuk apa aku
dilahirkan jika aku adalah penyesalan terbesarnya. Aku pernah saking marah dan
kecewa menyuruhnya untuk membunuhku dan ia akan bebas dari rasa sesalnya, apa
jawaban yang kudapatkan? Sebuah tamparan. Sungguh orang tua itu sangat
membingungkan bukan?
Saat aku
beranjak dewasa aku bekerja di suatu perusahaan. Bos ku adalah orang tua yang
kumaksud disini. Perusahaan ini adalah turunan dari ayahnya yang memang sangat
brilian (aku mendengarnya dari pekerja senior). Tetapi bosku yang sekarang ini hanya mengandalkan
sekretaris dan manager untuk memutuskan perkara perusahaan. Aku tidak terlalu
peduli akan hal tersebut, toh aku mengerjakan tugasku dengan baik dan gaji yang
kuterima juga sepantasnya. Suatu ketika ada sebuah rapat besar yang diadakan di
kantorku, rapat ini mengundang lima perusahaan besar yang ingin turut
menginvestasi saham ke perusahaan kami dan bosku panik. Sebab yang akan membawa
pembicaraan selama rapat berlangsung adalah dia sendiri.
Aku tidak
mengerti mengapa harus bos ku sendiri yang menyampaikannya, tapi aku sungguh
sangat kesal. Ketika pembahasan berlangsung ada salah satu dari mereka
melontarkan pertanyaan di sesi tanya jawab, tentu saja ‘kebetulan’ itu mengacu
kepada bagian perusahaan yang dimana aku ditempatkan. Bosku melirikku sekilas
kemudian menaikkan alisnya (aku masih dapat mengingat tatapannya). Aku
menguasai pekerjaan ku, aku mengenali sangat pekerjaanku. Tentu saja aku dapat
menjawabnya.
Kau tau apa yang
terjadi keesokan harinya? Aku diberi surat peringatan. Alasan? Bos ku melirik
dan menaikkan alis pertanda bahwa aku seharusnya membisikkan jawaban ke
telinganya dan kemudian ia yang akan menyampaikannya supaya ia tidak terlihat
bodoh. Benarkah semua ini terjadi padaku? Ya.
Oke sekian dari
pengalamanku. Kurasa sekarang kalian cukup mengerti mengapa seorang Dereck
kecewa terhadap orang tua. Sebenarnya kita orang muda memang sepatutnya
menghargai mereka, aku paham benar hal itu.
Just because
you’re offended doesn’t mean you’re right.
Tetapi apakah
mereka memikirkan sebaliknya? Untuk kita? Kurasa hanya sekian persen yang
melakukan hal yang sepatutnya. Aku tidak menyalahkan hanya ingin sekedar
mengingatkan,
Just because
you’re older doesn’t mean you have the right to be disrespectful.
-Dereck Milton,
2017 (Karakter Fiksi oleh Fergiana).
-o0o-
Hai! Terimakasih sudah membaca sampai sini, semoga saja post ini menghibur kalian. Berikut beberapa pertanyaan~ Boleh dijawab di comment ya :D1. Perasaan Dereck saat dikecewakan oleh orang tua sekitarnya?
2. Apakah Dereck membenci orang tua?
3. Pendapat kalian mengenai cerpen diatas?
Sekian post kali ini, jangan lupa react, comment dan share! CIAO!
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
1. Lebih ke bingung, seolah merasa serba salah
ReplyDelete2. Enggak, mungkin lebih ke marah untuk sementara, atau mempengaruhi respect dia ke orang tua, namun mungkin enggak sampai membenci
3. Sebenarnya, ini salah satu masalah yang sangat realistik, gara2 kita muda/posisi lebih rendah, banyak hal yang secara tidak sengaja di tuduh ke arah kita ataupun kita tidak dihargai, termasuk cara pandang dan pendapat kita