Follow Me @fergiana.s

Saturday, December 12, 2020

Catatan Akhir 2020

December 12, 2020 1 Comments

Kalau semua sudah selesai, apa lagi? Kalian tahu, kalau-kalau akhir tahun membuatku menjadi sentimental. Usiaku sekarang masih muda, memasuki 22 tahun depan, mungkinkah anak-anak sekolah sekarang mendengus dan tertawa kecil ketika aku mengatakan aku masih muda? “Yeah, masih muda kami yang belasan.” Baiklah, jika dibandingkan seperti itu memang benar, lagipula kalau mau membanding-bandingkan, toh tidak ada habisnya. Ngomong-ngomong aku tidak mau menghabiskan satu paragraf dengan omong kosong. Saat ini aku sedang menganggumi orang tuaku, perjalanan yang sudah mereka lalui, pertemuan-pertemuan, rencana-rencana, keberhasilan dan kegagalan. Apa aku suatu hari nanti bisa menjadi seperti mereka? Semoga saja. Aku yang baru mulai saja sudah mengeluh ini itu. Kadang-kadang ketika aku sadar, aku akan menampar diri sendiri (dalam pikiran tentu saja) supaya aku berhenti dan mengatakan semuanya akan berjalan dengan lancar, aku bisa, aku akan melalui ini. Hahaha, kalau itu berhasil aku tidak akan selalu kembali di titik yang sama bukan? Dengan menuliskan ini saja aku berpikir, “Ah, lagi-lagi aku melakukannya. Tapi rasanya beda, karena aku suka dengan suara ketikan-ketikan yang dihasilkan, aku suka melihat tulisan-tuliasn panjang yang di hadapanku. Sudah lama sekali aku tidak menulis, ini rasanya tidak terlalu buruk. Meskipun aku harusnya mengerjakan list-list yang tidak akan berkurang ini.” See? Aku melakukannya lagi.

Aku rasa aku hanya capek dan kewalahan tidak bisa menikmati rasa capek ini. Aku sudah ketinggalan, dan nanti pasti bisa kukejar, nah, setelah sudah terkejar, apa lagi? Suatu malam aku bingung dengan apa yang saat ini menjadi tujuanku, setelah selesai, apa lagi? Atau mungkin sebenarnya aku masih belum tahu dengan tujuan akhirku? Aku tidak ingin berjalan tanpa arah ataupun rencana, aku ingin semuanya sesuai dengan apa yang kurencanakan, setidaknya sedikit persiapan, aku tidak mau hasil spontan, bagaimana cara untuk menjadikan sesuatu sebagai tujuan akhirmu? Aku penasaran dan ingin segera melakukannya, aku tidak suka ‘berhutang’ ya, aku menyebut pekerjaanku seperti itu, karena ada waktu tenggatnya hahaha. Selalu ingin mengerjakannya tepat waktu atau lebih baik sebelum waktunya, karena dengan begitu aku akan merasa lega, ah, jadwalku kosong. Nyatanya aku akan bosan dan berusaha mencari kesibukan baru, begitulah, setelah selesai, apa lagi?

Kurasa aku terlalu jahat pada diri sendiri, tapi kalau aku berpikir seperti itu, bukannya itu hanya sebuah alasan belaka? Supaya aku bisa sedikit bermalas-malasan dan melakukan hal-hal yang bukan menjadi prioritas, biasanya jika itu terjadi, aku harus mati-matian mengejar lagi sebelum waktunya. Tidak terlalu buruk, tapi aku juga kurang suka kalau hal itu terjadi. Melelahkan.

Aku selalu berpikir kalau setelah tujuanku tercapai aku akan senang, nyatanya aku tidak selalu senang, ketika orang lain memujiku, aku merasa belum cukup. Rasanya lebih termotivasi ketika orang lain menganggap remeh, aku terpacu untuk lebih maju lagi, bukankah itu tidak sehat? Aku tidak tau cara mengubahnya, kalau saja ada tombol hapus atau edit sudah pasti aku klik. Atau jangan-jangan aku hanya tidak ingin mengakui kalau aku sudah bekerja keras, karena pujian-pujian biasanya membuatku nangis. Itu juga tidak baik, aku tidak suka perasaan tenggorokan tercekat.

Liburan natal sebentar lagi tiba, tahun ini tidak begitu buruk, banyak petualangan yang menarik. Aku masih belum tau bagaimana cara mencari dan mengetahui tujuan akhir, apakah memang sulit? Jika iya, selamat buat kalian yang sudah menemukannya, dan semangat buat kalian yang belum. Menulis sepertinya membangkitkan mood, atau mungkin efek susu coklat yang baru kuminum, kurasa aku memang senang menulis. Terima kasih sudah membaca keluhanku, aku balik kerja dulu ya.

-o0o-

Saturday, July 25, 2020

One Small Step - My Childhood Journey

July 25, 2020 1 Comments

Dulu waktu aku duduk di bangku SD aku sempat mengikuti kegiatan di luar sekolah beberapa kali. Kegiatan ini seperti sekolah minggu yang ada di gereja, tapi yang kuikuti adalah sekolah minggu untuk agama Buddha. Kegiatan ini diadakan di sebuah mall kecil di kota ku, lokasinya ada di lantai 3 di gedung tersebut. Hari minggu sekitar pukul 10 sekolah minggu ini dimulai (kusebut sekolah minggu karena tidak terpikir kata yang tepat untuk menggambarkan kegiatan tersebut). Teman sekelasku sudah mengikuti kegiatan ini beberapa kali, dan dia mengajakku pergi kebaktian (oh kini aku ingat, kami menyebutnya kebaktian!), jujur saja sejak kecil aku sudah sangat tidak menyukai keramaian, tapi aku mengiyakan ajakan temanku itu karena guru agama mengharuskan kami untuk pergi dan ada buku absen yang harus diisi. Demi nilai, mau tidak mau aku berangkat.

            Hari itu aku membawa tas salempang ku yang berwarna pink dengan pocket kecil berbentuk setengah lingkaran di depannya yang berwarna putih. Teman ku berjanji akan menungguku di lantai 2 dan kami akan berjalan naik bersama karena aku tidak tahu lokasi dari tempat kebaktian ini. Aku sampai di lokasi tempat kami janjian sekitar jam 09.45 pagi. Dengan sabar aku menunggu balasan SMS temanku, sudah pukul 10 temanku baru membalas, dan ternyata dia sudah naik duluan, kebaktian sudah akan dimulai pula, aku disuruh untuk langsung naik saja, nanti juga akan tau sendiri ruangan mana kebaktian tersebut diadakan.

            Mungkin menurut kalian itu sangat gampang untuk dilakukan, langsung bergegas naik dan dengan ‘hebatnya’ bisa menemukan tempat kebaktian itu. Tapi bagi aku yang waktu itu berumur 9 tahun, hal itu mustahil untuk aku lakukan. Pertama, aku tidak suka ke tempat asing sendirian, aku tidak suka keramaian, dan terakhir, aku tidak suka menjadi pusat perhatian, jika acara kebaktian sudah dimulai dan aku terlambat, bukannya itu sangat mencolok? Jadi kuputuskan untuk SMS temanku lagi, memintanya jikalau apakah bisa menjemputku, toh acaranya baru akan dimulai, bukan sudah mulai kan? Aku menunggu balasan darinya sekitaran 45 menit dan balasan yang kuterima adalah, “Kamu di mana? Tinggal naik aja kok.” Aku tidak membalasnya dan bergegas pulang.

            Di awal aku berkata bahwa aku beberapa kali mengikuti acara ini bukan? Yah, tepatnya tiga kali saja. Pertama adalah ketika aku mengumpulkan keberanian penuh untuk mengikuti kebaktian itu sendiri tanpa mengandalkan teman, jadi aku memasuki kumpulan orang asing sendiri (hebat juga aku yak), ngomong-ngomong, kebanyakan dari mereka adalah sebaya dengan ku dari sekolah yang sama maupun berbeda, dan beberapa merupakan kakak kelasku. Kebaktiannya lumayan asik karena itu adalah pertama kalinya aku mengikuti kegiatan di luar sekolah, kali kedua adalah ketika diadakan lomba di hari waisak, aku masih ingat aku menggunakan sendok plastik untuk menyendok air dari gelas A ke gelas B dengan jarak yang ditentukan. Dan kali ketiga adalah kebaktian biasa, dimana setelah kebaktian kami pindah ruangan untuk menonton DVD (aku lupa filmnya tentang apa).

            Biasanya selesai kebaktian aku menyempatkan diri untuk ke toko buku, karena kebetulan satu-satunya toko buku di kota ku 1 gedung dengan tempat kegiatan tersebut. Aku sangat suka bagian ini, aku senang melihat buku-buku yang berjejeran di rak walaupun aku tidak bisa memilikinya. Aku juga masih ingat, pernah suatu saat toko buku tersebut sedang melakukan diskon buku-buku lama. Aku ingat sekali mereka mengobral komik “Prince of Tea”, sungguh sekarang setelah mengingat hal ini aku menyesal. Kenapa aku tidak curi-curi membelinya saja (mama ku sangat tidak menyukai aku membeli buku lantaran di rumah sudah banyak), Prince of Tea memiliki 25 volume, komik yang bagus. Aku sempat membacanya ketika aku SMP kelas 1 atau 2, kupinjam dari adik kelasku, seingatku itu adalah zaman-zaman dimana The Walking Dead diputar di HBO. Selesai membaca Prince of Tea, aku tiba-tiba menjadi sangat menyukai teh, aku bahkan membeli beberapa macam teh ketika liburan ke Malaysia.

            Semalam jam 12 dini hari (tunggu, ini disebut tadi atau semalam baiknya? Oh rumitnya, baiklah, tanggal 25 Juli 2020), koko ku berkata kapan-kapan ingin mengunjungi toko buku, dan tiba-tiba pula ia mengingatkan aku tentang kebaktian tersebut, ngomong-ngomong, koko dan aku tidak pernah menghadiri kebaktian itu bersama-sama, entah kenapa aku juga lupa. Karena sempat nostalgia sendiri hingga jam 01.30 dini hari, hari ini pula aku menyempatkan diri untuk menceritakan pengalaman ku, memang sedikit absurd dan alurnya tidak jelas, tapi tidak mengapa, setidaknya kalian yang membaca sampai di sini bisa belajar dari aku yang berumur 9 tahun itu, belajar untuk berani mengatasi hal yang menakutkan. Berani untuk mengambil langkah kecil yang mungkin di pandangan orang lain itu hal yang mudah, tapi sesungguhnya membutuhkan waktu mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Yah, meski kamu penakut tapi kamu hebat ya nak, aku yang di masa lalu hohoho (loh).

            Ngomong-ngomong aku juga tidak sabar ingin ke toko buku lagi, aku ingin membeli beberapa amplop cantik, koleksi ku sudah mulai menipis. Sampai jumpa di postingan selanjutnya! 


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~

Saturday, June 13, 2020

My Life in 2020 - 100th post!

June 13, 2020 1 Comments

Hai! Selamat datang di post ke-100 ku.

 Sudah sekian lama aku tidak menjejakkan tulisan di sini. Semenjak masuk 2020, keadaan semakin kacau, tapi aku tidak sedang membicarakan tentang dunia, melainkan tentang kehidupanku sendiri. Mungkin kalian tidak tau, tapi banyak sekali moment penting yang terjadi di 2020 ini, dan rata-rata membuat aku hampir diabetes, kemanisan. Hahahaha (tawa garing).

Kalau keadaan dunia ‘normal’ seperti dulu, harusnya aku sudah wisuda bulan April kemarin. Tapi ah sudahlah, yang penting aku sudah mengakhiri hubungan dengan skripsi. Hubungan yang menurut ku menarik, karena aku tidak pernah punya perasaan ingin mengakhiri suatu hubungan secepat ini, revisi demi revisi aku kerjakan dan akhirnya saat ini, aku sudah bukan lagi seorang mahasiswa.

Postingan kali ini, aku akan merangkum kekosongan yang ada di blog ini, lumayan panjang, tapi tidak mengapa, ini supaya suatu saat di masa depan nanti, aku bisa mengingat tahun ini, tahun perubahan dari belasan menjadi puluhan di akhirannya. Semoga kalian betah membacanya.

            Bulan Januari tahun ini, aku sempat melamar pekerjaan di sebuah PT. Di kota ku ini, PT tersebut termasuk besar, yang dijalankan adalah usaha penjualan ayam dan telur. Ayam-ayam di restoran, toko kue, supermarket, dsb mengambil ayam dan telur di PT tersebut. Kalau dilihat dari sejarah pekerjaan dan pendidikanku memang sangat membingungkan ya haha. Aku pernah bekerja di studio foto, graphic designer, admin di toko sprei, dan Januari lalu admin di PT tersebut. Sedangkan saat SMK, aku mengambil jurusan Multimedia, dan sekarang adalah lulusan S.Kom.

            Kenapa aku tidak melamar sebagai Programmer misalnya? Atau mungkin Graphic Designer, biar tidak melenceng terlalu jauh. Jujur saja aku tidak pandai berurusan dengan bahasa pemrograman, aku juga tidak percaya diri di bidang itu. Bagaimana dengan design? Secara kasarnya, pekerjaan ini tidak terlalu dihargai di kota tempat aku tinggal, realistis saja, kita bekerja utamanya karena ingin mencari pendapatan sendiri, berlatih mandiri, dan kedua baru soal pengalaman (aku tidak tahu bagaimana pandangan kalian mengenai ini, tapi itu tadi adalah pendapat ku).

            Teman-teman ku yang lain sudah bekerja saat masih kuliah dulu, aku pun sebenarnya juga sama, tapi karena kesehatanku yang kurang baik saat itu dan sudah memasuki semester untuk KP (Kerja Praktek), dengan dukungan orang tua, aku mengundurkan diri dan fokus kuliah sambil coba-coba buka usaha online sendiri. Itu berlangsung 1-2 tahun? Aku lupa hehe.

            Baiklah, paragraf tadi melenceng ya, maaf, tapi aku ingin cerita juga soal itu hehe. Singkatnya setelah bekerja 1 tahun sebagai Graphic Designer dan kemduian merintis usaha online sendiri selama kurang lebih 1-2 tahun, aku akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi, lantaran sudah akan pensiun dari jabatan mahasiswa.

            Aku sempat melamar lagi sebagai Graphic Designer di suatu CV. Setelah selesai interview dan uji kelincahan saat desain, aku segera diterima. Setelah membicarakan hari libur dan gaji, aku merasa tidak terlalu cocok. Utamanya, jarak dari rumah ke kantor lumayan jauh, dan kalau dihitung secara kasar, aku bukannya semakin makmur, malahan harus mengeluarkan tabungan lagi jika menambahkan biaya makan dan minyak. Kedua orangtua pun tidak menghendaki, malamnya aku mengirim pesan, mengabari kalau-kalau aku kurang cocok, disertai permohonan maaf juga tentunya.

            Akhir Januari temanku mengirimkan sebuah lowongan pekerjaan di group chat. Karena memang waktu itu aku sedang serius mencari kerja, aku tanya beberapa detail dan kemudian setelah menghubungi contact person, aku dipanggil untuk interview besoknya. Jabatan yang dibutuhkan saat itu adalah Admin, dan yang akan aku handle adalah bagian telur. Tawaran itu sangat menarik, dan aku terima.

Awalnya aku merasa lucu karena ditempatkan sebagai admin telur, hari ketiga aku kerja, aku sengaja mengenakan kaos Gudetama (yeah, memang aku jahil ya). Paragraf selanjutnya, aku akan menceritakan secara singkat mengenai pekerjaan ku, lumayan panjang, take your time.

Hari pertama, aku disuruh belajar dulu program yang mereka gunakan dan mempelajari bagian ayam terlebih dahulu. Menyusun nota penjualan, memasuki penjualan, mengurus produksi per-kandang, dsb, ada banyak sekali pekerjaannya. Di sela-sela itu aku juga belajar menghitung stok telur, dan berkomunikasi dengan pelanggan lewat telepon.

Menurut aku pribadi, itu adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan, karena selain pekerjaannya menarik, itu juga adalah pertama kalinya aku memiliki teman baru, saling berkomunikasi diluar lingkaran pertemananku yang kecil (yeah, kakak-kakak di sana baik sekali. Pekerjaan lama ku tidak butuh komunikasi, hanya duduk 8 jam di depan komputer, mencoret list pekerjaan dikertas jika sudah selesai dikerjakan, membosankan).

            Hari ke-empat aku sudah mulai menelepon langganan telur, satu persatu sesuai dengan jadwal mereka. Ini agak sulit untukku, aku tidak terbiasa mendengar suara pelanggan dan butuh konsentrasi penuh, bos (sebut saja cece di sini), mengingatkan aku berkali-kali untuk bersikap sopan dan manis saat menelepon pelanggan (yang mana ini merupakan pekerjaan yang PALING SULIT), seperti basa-basi supaya mereka senang. Hm, sulit sekali, aku tidak terlalu pandai bicara dengan orang yang baru kukenal apalagi basa-basi. Yang selalu kukatakan saat menelepon adalah :

“Selamat pagi! Hari ini mau pesan telur?”

“Oh oke, 5 ikat ya, sip, makasih”.

Sedangkan ketika cece yang menelepon :

“Pagi kakak cantik hehehe, hari ini telur mau berapa?”

“Ambil 3 ikat gimana kak, semalam baru ambil udah kosong kan? Laris manis berarti!”

“Oh berarti 2 dulu ya, besok-besok nambah ya hahaha”

“Ok kakak cantik, makasih”.

I can’t, aku tidak bisa. 100% lidahku akan kebelit. Itu semua dapat aku lakukan jika melalui tulisan, tidak secara spontan berbicara, aku tidak pandai dalam bercakap-cakap. Jadi setiap hari yang kulontarkan selalu sama, sapaan pagi, orderan, ucapan terima kasih. Setelah orderan selesai, saatnya membuka nota untuk orderan hari itu, selama 2 hari aku melihat cece yang membuka nota, aku hanya melihat saja, dan itu adalah moment yang paling membosankan, karena aku juga ingin melakukannya!

Aku adalah tipe orang yang belajar melalui aksi, dengan melakukan pekerjaan itu, aku lebih cepat mahir daripada duduk menjadi penonton terlebih dahulu. Minggu kedua hari senin cece masih enggan membiarkan aku membuka nota, di saat cece sedang melayani customer yang datang, di kesempatan itulah aku berinisiatif berkata bahwa aku saja yang buka nota, setelah berganti posisi (cece yang sekarang menjadi penonton), mulai keesokan harinya, akhirnya aku sudah diperbolehkan membuka nota sendiri. Membuka nota bukanlah tugas yang gampang, selain dari harga setiap pelanggan yang berbeda, cara diskon pun dibedakan. Belum lagi mengenai pembayaran yang juga harus diperhatikan, karena ada pelanggan yang membayar secara tunai, ada juga yang membayar setelah beberapa nota. Jadi memang harus ekstra teliti. Setelah nota selesai, aku juga harus mengecek apakah ada yang minta retur, jika ada juga dituliskan dan diberitahu kepada supir supaya mereka sediakan. Tidak sampai disitu saja, aku juga harus mempelajari rumus menaikkan orderan ke pick-up. Yeah, itu juga ada rumus berhitungnya. Biasanya jam 11 pagi pick-up sudah mulai membagikan telur, dan akhirnya aku bisa mengurus pekerjaan di kandang, tunggu jangan berimajinasi kalau-kalau aku pergi ke kandang ayam bak main Harvest Moon ya! Laporan dari kandang mengenai penjualan telur di sana juga merupakan pekerjaanku, aku harus rekap penjualannya dan menghitung stok. Pernjualan dari kendang biasanya quantity nya besar, orderan dari Batam, Balai, dsb. Pengirimannya biasa menggunakan kapal (oh ya, rumus menghitung biaya kapal juga harus aku kuasai). Setelah selesai merekap semua penjualan di hari sebelumnya, berlanjut ke laporan, laporan penjualan cash di kantor dan di kandang, laporan penjualan cash dan kredit langganan dan yang terakhir laporan stok telur. Itu saat aku sudah mahir dapat aku kerjakan semuanya selesai dalam waktu 1 jam pas, setelah itu break makan siang. Pekerjaan selanjutnya adalah melayani pelanggan yang membeli telur, ngomong-ngomong aku sempat belajar mengikat per-papan telur loh! Skill baru, lumayan. Untuk mengakhiri tugasku, jam 3 aku sudah mulai menghitung sisa stok telur di kantor, kemudian hal yang menurutku sulit adalah menutup penjualan, sungguh, karena adanya penjualan telur petok dan butiran, semuanya sangat susah, apalagi aku juga harus menyamakannya dengan total cash hari itu.

Minggu kedua, hari ke-tiga, cece berangkat ke Batam. Jadi aku benar-benar harus mandiri setelah baru 2x full handle sendiri. Benar-benar kacau sekali hahaha. Aku dibantu oleh kakak-kakak senior yang dulunya pernah bekerja di bagian ini, hari pertama aku terlambat pulang 15 menit, hari kedua pun demikian, untungnya di hari ketiga aku sudah mulai mahir. Benar-benar pekerjaan yang tidak gampang hahaha. Alhasil setelah belajar 2 minggu aku sudah bisa sendiri, katanya sih sudah sangat cepat bisa nya.

Setelah bekerja hampir 2 bulan, tiba-tiba pandemi ini terjadi di kota ku. Kantor ku mulai menyediakan hand sanitizer, dan aku pun sering sekali mencuci tangan karena aku yang paling sering menerima uang dari pelanggan. Tanganku sampai kekeringan karena keseringan cuci,

Waktu itu tanggal 26 maret, aku masih ingat, jam 11 pagi ketika pick-up sudah mulai membagikan orderan, aku lantas melanjutkan memilah nota-nota yang akan aku kerjakan, aku juga baru sadar mulai pilek, kukira ini karena cuaca dingin, nantinya pasti akan hilang. Ternyata sampai jam 3 aku masih terus menerus membuang ingus, sampai-sampai keranjang sampah ku sampai penuh. Aku juga sudah izin pulang lebih awal segera setelah menutup penjualan hari itu, setelah selesai, pukul 15.30 aku pulang, yeah, hanya 30 menit lebih awal.

Singkat cerita, aku ke dokter malam itu, hanya panas dalam biasa. Teman-teman kantor ada yang mulai berprasangka dan menyuruh aku istirahat saja selama 14 hari di rumah, sedangkan papa mama sudah mulai menyuruh aku untuk resign. Aku tentunya sangat tidak suka dengan keputusan itu, pekerjaanku menyenangkan, memang agak riskan, tapi aku tidak bisa apa-apa, toh pilekku masih belum sembuh.

Tanggal 27 maret sampai 1 April aku demam, puncaknya di tanggal 29 maret, aku kesulitan dalam berbicara karena suara ku berubah, aku juga kesulitan menulis dan kepala ku pusing sekali. Aku sempat melihat dokter sebanyak 2 kali lagi, tidak ada kepastian yang jelas.

Tanggal 2 April aku sudah tidak lagi demam, tidak lagi batuk, tidak lagi pilek. Tapi papa dan mama sudah memutuskan bahwa aku di rumah saja, secepatnya resign karena takut dengan kondisi saat itu. Rekan-rekan kerja ku juga tampak sedih ketika aku berkata akan resign, bos dan cece juga berkata mereka mengharapkan aku dapat negosiasi lagi dengan orang tua, tapi keputusan sudah final. Walaupun aku sangat ingin bekerja aku tidak dapat menjanjikan keamanan kepada orang tua, alhasil keputusan sudah dibuat, aku mengundurkan diri setelah bekerja tidak genap dua bulan di PT tersebut.

Selanjutnya hari-hari kuhabiskan dengan menonton serial drama dan membuat video untuk YouTube ku (oh yeah, aku memulai karir YouTube beberapa waktu yang lalu). Selain itu aku juga aktif menerima pekerjaan sampingan sebagai pengisi suara untuk suatu perusahaan di Vietnam. Sekitar pertengahan bulan April, bos dari Vietnam bermaksud untuk mengajak aku ke sana untuk bekerja sebagai Graphic Designer dan Video Editor, tentu saja aku tolak, PT di kota sendiri saja sudah tidak diperbolehkan, apalagi Vietnam? Tapi kemudian mereka membuat kesepakatan bahwa jika berminat aku bisa work from home saja, bukan dalam masa pandemi saja melainkan untuk kedepannya, tawarannya lumayan bagus, maka aku mengiyakan, toh kalau di rumah aja kenapa tidak bukan?

            Bulan lalu tanggal 1 aku sudah mulai bekerja, hari sebelumnya bos sudah memesankan aku sebuah unit PC, kemudian berlanjut ke pemasangan wifi di rumah ku. Pekerjaannya tidak sulit karena memang aku paham di bidang ini, meski terkadang lumayan sibuk, tapi ini pekerjaan yang menyenangkan dan cocok untukku. Di rumah saja, tidak kemana-mana! Sudah sebulan penuh aku bekerja di bidang ini, aku juga sempat menghabiskan dua novel, benar-benar pekerjaan yang menyenangkan haha.

            Yeap, itu saja rangkuman kehidupanku dari Januari sampai Juni sekarang, terima kasih bagi yang sudah membaca sampai di sini.


Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~


(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)