Ratusan dari
mereka berlalu lalang melintasi jalan, hawa panas di siang hari itu bercampur
dengan pengap. Dengan gesit tangan berbalut sapu tangan putih itu merobek
helaian kertas yang diulurkan tiap orang-orang yang hendak berjalan masuk.
Salah satu diantara antrian tersebut adalah seorang pria dengan pakaian cukup
mencolok. Pria bertubuh besar itu mengenakan mantel musim dingin yang
panjangnya menjuntai sampai kaki, perutnya yang buncit tampak tertekan sekali
karena kaos yang ia kenakan amat ketat. Sesekali jika ia berjalan maju untuk
antrian ia akan menarik mantel nya atau syal panjangnya untuk menutupi bagian
depan tubuhnya; tak dapat dipungkiri seberapa banyak tetesan keringat jatuh
begitu ia bergerak maju. Begitu gilirannya tiba ia mencari-cari secarik kertas
dibalik mantelnya, kemudian beralih ke topi koboi hitam dan akhirnya secarik
kertas yang kondisinya basah ia serahkan kepada penjaga pintu.
Ia melangkah
masuk sambil memegang perut buncitnya kemudian duduk diam. Tidak ada percakapan
hanya pemandangan yang hilir berganti selama 3 jam. Kadang-kadang kalian bisa
mendengar pria ini menghela nafas dalam kecepatan tinggi dan berkelanjutan,
tetapi detik berikut jika ia memakan keripik maka nafas memburu itu akan
hilang. Ah.. Caranya memakan keripik agak aneh. Ia akan memasukkannya terlebih
dahulu kedalam kaosnya kemudian tak lama lagi akan mengelap tangannya dan
barulah memasukkan keripik kedalam mulutnya sendiri. Jika tiba-tiba pria ini
tampak gelisah di tempat duduknya maka ia akan mengelus-elus perut buncitnya
yang dimana bergerak-gerak aneh. Heran gumpalan lemak nya begitu ‘cair’ kah
hingga bisa bernari-nari gelisah seperti itu? Tampaknya ada sesuatu yang aneh. Well, karena tidak bisa melihat apa yang
dibalik mantel tebal dan dada yang ditutupi syal, kalian masih dapat melihat ‘pergerakan’
perutnya. Apakah jangan-jangan ia adalah seorang wanita yang sedang mengandung?
Derekan rel-rel
besi yang amat menyengat telinga akhirnya berhenti juga. Penumpang mulai sibuk
mengecek barang bawaan dan ada pula yang langsung melesat ke arah pintu. Lelaki
itu berdiri dengan susah payah sambil memegangi perut buncitnya. Ia melangkah
keluar dengan langkah yang begitu gesit dan kemudian berbelok kesuatu ruangan
yang bertuliskan ‘toilet’.
“Mama kenapa orang
itu memiliki ekor?” Teriak salah seorang perempuan kecil yang berdiri tepat
dibelakang pria tadi. Ibu dari anak itu kini melotot tajam kearah putrinya.
Tidak sopan sekali menuduh seseorang seperti itu. Meski sang ibu tidak sempat
memperhatikan penumpang yang didepannya tadi.
“Tapi ma, ekor
itu bergerak-gerak! Warnanya coklat keemasan! Ekor itu mencuat keluar dari
bawah kaos orang itu” Kali ini ibunya menyuruhnya diam karena malas berdebat
dengan putrinya.
Apalah imajinasi
putrinya itu.. Sangat mustahil seseorang memiliki ekor, apalagi berwarna coklat
keemasan.
~o0o~
Hai! Kembali lagi bersama daku. Kali ini post cerpen agak rada absurd, tapiiii gua kepincut pengen post. Entahlah tersampaikan atau tidak tapi rasanya aku suka dengan cerpen ini :)
Nah untuk itu aku ada beberapa pertanyaan, marii dijawab:
1. Menurut kalian apa inti dari cerpen ini?
2. Apakah pendapat kalian mengenai 'ekor' yang dibicarakan anak perempuan tersebut?
Nah, sila dijawab pertanyaan-pertanyaan diatas, thank you banget buat kalian yang udah baca! :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post
CIAO~
1. seseorang membawa hewan dalam bajunya mungkin gara2 kereta melarang hewan ??
ReplyDelete2. ekor itu dari hewan yang ada di dirinya?
Mungkinkah orang itu adalah wolf ? hanya dugaan '-')/
ReplyDeleteditunggu kelanjutan cerpennyaa ~~~
ReplyDelete