Halo, sengaja aku post di luar jadwal karena udah lama banget aku tidak update! Kalian tahu, setelah aku mengalami
infeksi telinga untuk waktu yang cukup lama hidupku seperti hilang separuh. Aku
baru benar-benar sadar bahwa telinga dan seluruh anggota tubuh yang aku miliki
ini penting, maksudku untuk pertama kalinya aku memperhatikan detail tersebut.
Biasanya aku bangun pagi dengan sedikit terpaksa, mengantuk, dan kadang malah
ketiduran lagi. Hari-hari ini aku terbangun entah tengah malam atau subuh
karena merasa ada cairan yang keluar dari telinga dan aku harus bergegas
mengelapnya, tidak ada waktu untuk mengantuk, tidak nyenyak sama sekali.
Bagaimana dengan makan? Semata hanya untuk mengganjal perut agar tidak lapar,
seperti yang sudah kusebutkan, hilang separuh. Meski aku masih bisa menggunakan
indera pengecap tapi aku tidak bisa menikmatinya.
Telinga kiriku dinyatakan infeksi.
Awalnya sakit, kukira semacam bisul di dalam dan aku mengoleskan salap khusus.
Tiga hari kemudian sakitnya hilang, berganti dengan cairan kuning yang keluar.
Saat aku baring, aku seperti tenggelam, ya, cairan tersebut memenuhi lubang
telinga kiri ku. Dokter menghisap cairan-cairan tersebut dan memberi obat untuk
diminum. Efeknya bagus, telingaku kering dan tidak lagi mengeluarkan cairan.
Suatu malam ketika obatku tersisa 2 pil, aku merasakan sakit yang teramat.
Kukira jika tahan dan memaksa tidur semua dapat berlalu. Tapi aku salah. Jam 2
pagi aku duduk bersandar bantal, memejamkan mata sampai jam setengah tiga aku
baru meminum sereal dan obat. Setelah itu barulah aku bisa tidur.
Keesokan harinya dan aku mengunjungi
dokter. Dokter menghisap cairan tersebut dan memberiku obat nyeri. Katanya
telingaku sudah bagus, obat hanya perlu diminum saat meradang. Sayangnya pil
itu benar-benar hanya menahan rasa sakit, telingaku tidak kunjung sembuh, malah
cairan yang dikeluarkan semakin banyak. Ketiga kalinya aku mengunjungi dokter
dan ia berkata telingaku kembali bengkak. Ia menyedot cairan sebanyak 4-5 kali.
Biasanya hanya 1-2 kali, jadi dapat dikatakan memang sudah penuh. Dia memberiku
obat-obatan yang dapat mengeringkan cairan tersebut. Katanya jika telingaku
penuh dengan cairan lagi aku harus kembali lagi untuk menyedotnya.
Jujur
aku sendiri tidak yakin dengan perawatan ini, aku sudah tiga kali dan menurut
dokter penyebab infeksi adalah, keseringan membersihkan telinga yang tentunya
bukan. Aku membersihkan telinga seminggu sekali dan itu masuk ke dalam kategori
wajar. Mama dan papa juga mulai ragu, sebab obat yang aku konsumsi sama sekali
tidak mengurangi rasa perih dan cairan tersebut malah semakin banyak. Maka
mereka memutuskan untuk membawa aku ke Johor Bahru, Malaysia.
Sebelum
aku menceritakan proses pengecekan di JB, aku akan memberi tahu keadaaan aku
selama infeksi telinga ini terjadi. Kata ‘tidak enak’ tentu tidak cukup. Yang
namanya sakit tentunya tidak enak dong? Utamanya yang kurasakan adalah, separuh
dari tubuhku seperti mati rasa. Dari segi kesadaran dan ‘penglihatan’ berkurang
65% (karena rasa-rasanya lebih dari setengah).
Biasanya manusia bereaksi terhadap
suara-suara bukan? Sayangnya dengan satu telinga saja aku kehilangan insting
tersebut. Aku seperti kehilangan ‘penglihatan’, dan itu menyiksa ku. Rasanya
aku tidak seperti sedang menghirup oksigen, rasanya aku sedang tenggelam dan
terkadang aku sesak nafas, bagaimana dengan tidur? Aku sungguh berharap dengan
tidur dapat rileks sebentar, barangkali ini hanya mimpi buruk. Sayangnya tidak,
aku sering terjaga dan susah terlelap. Jika berbaring telingaku serasa
ditekan-tekan dan nafasku mulai memburu sesak. Semua itu kualami karena telinga
kiriku tidak berfungsi secara maksimal.
Bagaimana dengan makan? Wah karena
kejadian ini aku tidak diperbolehkan untuk kawat gigi. Rahang sebelah kiri ikut
sakit ketika telinga meradang, seluruh gusi nyeri. Parahnya saat aku membuka
mulut untuk memasukkan makanan juga terasa sakit, bahkan ketika aku tertawa.
Untuk beberapa saat aku hanya bisa memakan yang lembut-lembut saja.
Segala aktivitas tidak menyenangkan
bagiku, bahkan saat menonton drama cina yang bagus aku tidak sepenuhnya enjoy, bagaimana bisa? Jika suara yang
kau tangkap hanya minim, rasanya seperti ada tembok menghalangi saja. Mana
penyebab infeksi ini juga belum jelas diketahui, membuat segalanya semakin
sulit saja. Aku jadi lebih sering melamun saat menjalani kegiatan, ya, sudah
seperti pengganti hobi-hobiku yang lain.
Saat berangkat ke JB aku membawa
novel ‘Five Little Pigs’ oleh Agatha
Christie, di dalam kapal sangat berisik dan untungnya aku tidak merasa ‘kosong’
saat berada di sana. Sebab pendengaranku menjadi padat dan aku bisa
berkonsentrasi membaca. Untuk pertama kalinya aku bisa relax sejak infeksi ini terjadi. Ketika aku berjalan dan terpisah
dari mama dan nenek, aku harus sering-sering menoleh ke belakang jika aku
berjalan di depan, barangkali mereka sedang memanggilku, karena itu aku lebih
suka berjalan di belakang.
Hari pengecekan tiba, aku masih
asyik membaca buku menunggu dokter datang. Nenekku juga ikut memeriksa,
tenggorokannya kering. Nenek mendapat urutan pertama, katanya dia harus
mengecek bagian dalam hidung menggunakan selang. Setau aku, nenek orangnya
tahan sakit, dan dia bilang sakit sekali, terkadang bisa bengkak. Mendengar hal
tersebut, mama memberi bumbu-bumbu takut kepada ku, berkata bahwa akupun nanti
begitu. Selang? Hidung? Pagi itu aku berdoa sepanjang penantian.
Sesudah nenek keluar, pasien
berikutnya adalah aku. Mama menemaniku masuk, kesan pertama untuk dokter
tersebut adalah aneh. Dia memakai sebuah alat di kepalanya, sepertinya
berfungsi sebagai senter, juga sebuah masker dan yang paling aneh adalah
plastik yang ia kalungkan sekitar pinggang bak celemek. Dibalik itu adalah
kemeja kotak-kotak biru berlengan panjang dan celana panjang hitam. Kaus kaki
putih tua beserta sepatu hitam yang sudah tidak mengkilat. Dan ya, aku memang
terbiasa memperhatikan detail-detail kecil.
Aku duduk di kursi sebelah pintu
dan mama di dekat meja. Sebelum memeriksa, dokter sempat menanyakan apakah
tenggorokan dan hidungku sakit atau terasa tidak enak dan dengan mantap aku
menjawab tidak. Tentunya dokter tetap mengecek hidung dan tenggorokan, dia
menggunakan semacam alat untuk mencongkel hidungku, gosh, cukup sakit, dan
alat-alat lainnya untuk menekan-nekan lidah ku. Semua alat tersebut kemudian
dibuang ke tong sampah. Dia menyuruhku untuk duduk di kursi lain, kali ini
menyedot cairan dan pengecekan bagian mana yang sakit dari telingaku. Dokter
menyuruh kami menunggu sebentar setelah beberapa pasien berikut, akan ada
pengecekan lainnya.
Kali ini saat menunggu aku tidak
lagi membaca buku, sibuk memikirkan jangan-jangan aku akan dimasukkan
selang-selang kedalam hidung atau tenggorokan. Tidak lama setelah itu aku
dipanggil keruangan satunya lagi, seorang perawat menyuruhku duduk dan dia
memasukkan sebuah alat yang menimbulkan dengungan suara kedalam telingaku.
Setelah itu alat yang tersambung ke sebuah mesin mencetak suatu laporan,
entahlah apa itu aku tidak sempat bertanya karena aku disuruh masuk ke sebuah
kotak besar mirip kulkas, aku menanyakan apakah boleh membawa handphone masuk
dan ia memperbolehkan. Di dalam ‘kulkas’, terdapat kursi sofa abu-abu menempel
ke sisi dinding, di sisi kanan sebuah alat mirip headphone berwana marun di
kaitkan dekat dengan sofa dan sebuah jendela kaca tembus pandang sehingga aku
bisa melihat rak-rak tinggi. Perawat itu berkata begini sebelum memasang alat
itu ke telingaku,
“Kalau dengar suara, cakap oke”
katanya berbahasa melayu kental sambil mengacungkan jempol. Aku tersenyum dan
mengangguk. Jadilah dia menutup ‘kulkas’ itu dan aku di dalamnya. Tak seberapa
lama aku dapat melihat perawat itu lewat jendela, sibuk menyusun kertas-kertas.
Ia kemudian melihat kearah ku dan mulai menekan-nekan tombol. Aku merasakan
sisi telinga kiri ku berdengung, maka aku mengangguk. Suara-suara itu berbeda,
terkadang besar terkadang kecil, aku hanya tidak dapat menangkap satu suara di
sisi kiri. Mengapa aku tau jika aku tidak bisa mendengar? Toh perawat tersebut
selalu melihat kearahku jika ia menekan tombol lain dan mencatat di kertas
mengenai anggukanku. Untuk telinga sisi kanan aku yakin semua dapat kudengar.
Proses ini memakan waktu sekitar 10 menit, setelah itu aku keluar dari ruangan
dan mendapat tatapan dari semua orang, aku duduk di samping mama yang kemudian menanyakan
apa yang terjadi di dalam.
Selang 2-3 pasien aku kembali ke
ruangan dokter. Dokter berkata aku infeksi, penyebabnya adalah kemasukan air
saat keramas, kini di dalam telinga aku semuanya meradang, berwarna merah. Ia
kemudian membasahi semacam kapas yang panjangnya sekitar 4cm dan mama langsung
berkata itu untuk dimasukkan ke hidung, nantinya baru dimasukkan selang.
Mulutku langsung komat kamit doa, oh tidak. Begitu dokter mendekat ia
menyuruhku menghadap samping dan kapas itu ia masukkan ke telinga, perawat
disamping kemudian mengisolasikannya. Baru boleh dicabut tiga hari kemudian.
Rasanya aneh meski aku sempat menghela nafas lega, tidak ada selang di hidung.
Tapi yang membuat tidak nyaman adalah, dari tembok besar sekarang seperti berkembang
menjadi sesuatu yang lebih besar lagi di dalam, aku seperti tuli sebelah.
Jadi bagaimana keadaanku sekarang?
Separuh ‘penglihatan’ dan reaksi spontan aku berkurang lebih dari setengah,
biasanya aku sangat peka dengan suara-suara tertentu (tidak berlaku saat
berbicara dengan orang haha), biasanya jika sedang berkomunikasi aku mengatakan
dua kali ‘ha?’ maka sekarang aku bisa sampai empat-lima kali ‘ha?’, tentunya
itu dimaklumi oleh lawan bicara. Kalau dulu aku dimarahi tuli, sekarang orang-orang
bilang, “oh iya lupa, telinganya lagi sakit”. Seketika orang-orang jadi lebih
sopan menghadapiku, mirisnya sisi baiknya disitu.
Keseharianku
biasanya tidak jauh-jauh dari mendengar musik, tapi semenjak infeksi ini aku
tidak dapat menikmati sebagaimana seharusnya. Telinga kananku bukan penikmat
musik, meski aku tetap mendengarkan dengan volume kuat tanpa headset. Hal kecil seperti bernafas pun
menjadi sedikit sulit, sebab pendengaranku membuat aku berimajinasi bahwa aku
sedang tenggelam atau berada di ruang sempit yang pengap. Hal yang benar-benar
kunikmati dengan keadaan seperti ini adalah menonton film dengan plot bagus,
keseruan yang dapat membuat semua ini hilang sementara.
Sepuluh
hari mulai dari hari senin lalu aku harus kembali ke JB untuk pengecekan ulang,
saat ini telingaku masih disumbat kapas dan berdasarkan instingku masih mengeluarkan cairan.
Kuharap semuanya dapat berakhir dan aku janji akan menjaga telingaku, sungguh.
Btw, aku juga menyelesaikan ‘Five Little Pigs’ dan menurutku BUKU
INI HARUS DIBACA! Aku sangat sangat sangat merekomendasikannya, cerdas sekali,
aku sempat menepuk tangan, sekali lagi Agatha Christie membangun pemikiran
pembaca dari ‘sudah kuduga’ menjadi ‘!?’ di buku ini.
Akhir
kata aku harap kalian menjaga telinga kalian supaya tidak seperti aku,
bersihkan seminggu sekali dan kalau bisa cek tiga bulan sekali ke THT. Jika
kalian membaca buku ‘Five Little Pigs’,
kuharap kalian dapat menceritakan pendapat kalian.
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini, jangan lupa react, comment dan share! Komentar kalian selalu berarti buatku! See you guys on the next post, CIAO~
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
Get well soon fer, btw, from some online article telinga ga usah di koreksi sih
ReplyDeleteGet well soon Fer :D
ReplyDelete