Keluargaku
lengkap, temanku banyak, guru-guru juga ramah terhadap aku. Aku selalu
tersenyum riang menyapa orang-orang yang kulewati, terkadang aku bahkan menepuk
bahu mereka mengatakan semua baik-baik saja karena aku akan membantu atau aku
ada untuk mereka. Aku cukup dikenal dan tak sedikit juga yang dekat denganku.
Mereka menceritakan masalah mereka, hal-hal yang ingin mereka lakukan, pengalaman
mereka saat liburan bahkan menu makan malam mereka dan aku adalah tipe
pendengar setia.
Beberapa waktu
lalu aku sempat kegirangan mendapat pesan Whats App yang masuk. Tumben sekali
mama memberiku kabar. Buru-buru aku membuka pesan dan seketika segala senyum
terhapus dari wajahku, kabar buruk.
Sejak kecil aku
diasuh oleh bibi pekerja. Meskipun aku anak tunggal, aku tidak manja. Aku tidak
mau menyusahkan papa mama karena hal seperti aku kesepian dan membutuhkan mereka di sisiku. Aku sudah terbiasa. Mereka tidak pernah
bertengkar, bicara juga jarang, kantor mereka bertolak belakang jaraknya, jadi kenapa
memutuskan untuk bercerai? Maksudku, aku mengerti bahwa keluarga kami jauh dari
kata ‘bahagia’, tapi bukankah selama ini baik-baik saja? Apakah menyandang
suatu status nikah begitu berat?
‘Papa dan mama memutuskan untuk bercerai, maaf sayang.’
Apakah mereka tidak pernah memikirkan keberadaanku? Perasaanku? Sedikitpun?
Apakah mereka tidak pernah memikirkan keberadaanku? Perasaanku? Sedikitpun?
Aku melempar
ponselku sembarangan. Apa yang kuharapkan? Ikut dengan mama? Papa? Konyol
sekali. Bahkan mereka tidak mengungkit hal tersebut.
Setelah itu aku
berhenti menyapa orang-orang sekitarku. Aku butuh waktu sendiri. Hari pertama bahuku
ditepuk kemudian mereka mulai bercerita bertapa letihnya hari ini, adiknya yang
nakal, tugas sekolah yang menumpuk. Aku mendengarkan sambil sesekali memberikan
solusi dan akhirnya mereka tersenyum puas.
Hari kedua,
lagi-lagi aku tidak menyapa mereka. Kali ini mereka menarik lenganku sambil
mata berkaca-kaca. Ia bercerita mengenai ‘teman baik’ nya yang dekat dengan
seorang lelaki yang disukainya. Hah... Sejak kapan aku menjadi penasihat cinta?
Pacaran saja belum pernah. Tapi tampaknya saran-saran yang kuberikan membantu
mereka, nyatanya pasangan-pasangan yang pernah ‘kuceramahi’ sekarang harmonis.
Hari ketiga, aku
tidak menyapa mereka dan hari ini amat tenang. Tidak ada yang bertanya saran,
tidak ada yang menyapa duluan. Hari ini aku duduk diatas atap sekolah, ya aku
menghindari mereka. Aku butuh rongga bernafas sejenak dan mendinginkan
kepalaku. Saat ini hanya angin sepoi yang menemani, kemudian tak lama setelah
itu bulir-bulir hujan turun.
Hari ini amat
tenang, rasanya aku kembali kepada bumi. Kurasakan tubuhku meluncur tanpa
suara, tak lama kemudian langit terang bergantikan kelabu dan menjadi gelap. Kuyub
menghantam tubuhku. Detik berikutnya, untuk pertama kalinya dalam hidupku
seseorang bertanya:
“Bagaimana
keadaanmu?”
-o0o-
Selesai! Akhirnya setelah sekian lama muncul juga seri cerpen di blog ini. Jadi gimana pendapat kalian? Seru? Aku ada beberapa pertanyaan nih, kalian jawab di kolom komentar!
1. Perasaan apa yang sedang melanda tokoh 'aku'?
2. Pesan moral dari cerpen Serenity
3. Pendapat pribadi mengenai cerpen ini (kritik saran dipersilahkan)
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
1. Perasaan apa yang sedang melanda tokoh 'aku'?
2. Pesan moral dari cerpen Serenity
3. Pendapat pribadi mengenai cerpen ini (kritik saran dipersilahkan)
Thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini :) jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
1. Hampa, kacau, lelah
ReplyDelete2. Meskipun seseorang bisa selalu tampil biasa/ ataupun membantu, terkadang dia juga butuh bantuan
3. Nama karakter utamanya siapa? Kayaknya ada dikit kurang hubungan/ maupun relatable things ke karakter nya, jadi emosi nya tidak ketangkap dengan sempurna