Hujan mengguyur kota Tanjungpinang selama tiga-empat
hari ini, udara dingin menembus tulang-tulang para pekerja setiap bulan penghujan.
Apalagi mereka harus bangun pagi untuk membanting tulang mencari sesuap nasi.
Demikian diantara mereka ada yang terjangkit penyakit flu dengan presentase
besar menuju tahap demam. Aku termasuk diantara salah satunya, bahkan aku
sampai mimisan malam jumat yang lalu.
Kurasa awan-awan sedang tak kuasa menahan tangisannya,
entah apa kepedihan apa yang mereka alami aku ingin menjadi tempat bersandar
mereka. Sungguh! Dingin ini memperburuk daya tahan tubuhku.
Jadi kawan, aku tau itu cara pembuka yang aneh dan
tidak asyik (berupa curhatan untuk semingguan ini). Kali ini pembahasannya
adalah titik putih dan titik hitam. Kawan-kawan sekalian tau apa itu printer
bukan? Siapalah tidak tahu, nah ini adalah pengalamanku bersama printer. Jadi
printer sudah masuk di duniaku sejak aku masih SD. Pertama kali melihat nya
mata ku berbinar-binar.
“Kok bisa?” Pikirku.
Maksudku, lihatlah! Apa yang kita ketik, gambar apapun
yang kita cari bahkan wajah kita sendiri pun bisa dicetaknya dengan akurat.
Ternyata gambar-gambar maupun tulisan beserta apapun yang dicetaknya itu adalah
kumpulan titik-titik warna yang kecil. Dulu aku suka sekali print wajah-wajah
idolaku kemudian menempelnya di dinding, aku suka gambar-gambar keren itu
(yaiyalah namanya idola ku) tapi aku lebih suka memperhatikan cara kerja printer
yang tidak kupahami. Unik.
Lambat laun zaman berubah, semakin banyak teknologi
canggih lainnya beredar sehingga aku tidak lagi terpukau seperti dulu karena
sudah menjadi biasa. Tetapi ada hal yang dari dulu aku perhatikan dan tidak
pernah bosan plus hampir mirip dengan printer. Itu adalah manusia.
Maka kali ini aku akan membahas mengenai titik hitam
dan titik putih. Nah, aku ibaratkan seperti ini, titik putih ialah perbuatan
sedangkan titik hitam adalah perbuatan buruk.
Seringkali aku alami sendiri dan juga perhatikan kalau
manusia itu sama ego nya dan sama juga cara penilaian terhadap orang lain. Simple nya manusia tidak pernah merasa
kalau orang lain sedang berbuat baik padanya, tetapi sekali berbuat jahat maka
habis sudah tak terkirakan berapa banyak kata tidak senang yang akan ditujukan
pada orang tersebut.
Padahal jika kita benar-benar perhatikan titik putih
bisa jadi lebih banyak dibanding dengan titik hitam seseorang. Tidak usah titik
putih yang besar, toh lama-lama jika kita memupuk kebaikan kan akan jadi bukit
juga kan? Aku hanya ingin memberi saran kepada kalian agar sedikit peka
terhadap titik putih dan jangan terlalu mempermasalahkan titik hitam.
Jadi apa yang harus kita perbuat supaya lebih peka
dengan titik putih? Kita cukup memberi respon kecil terhadap oranglain yang
membantu kita. Oke ini sedikit pengalaman, aku bukan jenis orang yang pendendam
tapi setidaknya ada hal-hal yang harus kuluruskan dalam pergaulan lingkunganku.
Kata ‘terima kasih’ sangat jarang aku dengar, oke memang bukan masalah yang
besar tapi begitu sulitkah? Aku tidak membutuhkan kata terima kasih dengan cara
lebay, cukup bilang ‘ty’ atau sejenisnya sudah membuat hatiku sedikit senang.
Tentu saja jika aku menyinggung kata terima kasih ini
karena sebelumnya aku sudah membantu orang itu, tidak, aku tidak meminta
imbalan. Tapi ini semacam etika, maaf kata jika tersinggung sebab aku merasa
orang-orang itu tidak sopan. Itu
hanya sedikit contoh yang kecil, disisi ini aku yang sudah menunjukkan titik
putih dengan membantu tetapi tidak ada respon dari orang lain terkadang membuat
separuh diriku menjadi abu-abu (sedikit kesal woi). Ada sih, kata ‘oh’ atau
muka senyum yang sering kudapat sebenarnya.
Ketika titik putih terjadi pada kita pastinya kita
akan menyepelekan hal tersebut, kita tidak pernah benar-benar merasa ‘orang ini
sudah berbuat baik’ ataupun berterima kasih atas perbuatan baik orang lain pada
kita. Toh itu karena rata-rata manusia tidak pernah bersyukur, adanya mengeluh
saja.
Sekarang aku akan membahas mengenai titik hitam.
Manusia tentunya memiliki banyak emosi, senang, marah, sedih dan banyak lagi
lainnya. Ibarat sebuah kertas putih bersih kemudian tiba-tiba ada titik hitam
kecil diatasnya, oh ayolah aku tau kalian pasti langsung memperhatikan titik
hitam itu.
Ingat satu hal ini kawan, sebanyak apapun perbuatan
baik yang kamu lakukan dan satu kali saja kamu berbuat jahat maka image baik mu sudah hanyut ditelan titik
hitam kecil itu. Kicauan bermuka dua, sok baik, munafik dan lain-lain tak
jarang digosipkan. Tidak adil? Memang seperti itu kadarnya.
Isu-isu ini sedang marak terjadi dan untungnya aku
sadar sesadar-sadarnya. Di balik titik hitam dan titik putih ini aku belajar
banyak, aku belajar untuk bersabar dan memaafkan. Sulit memang tapi tidak ada
salahnya untuk belajar kan?
Akhir kata aku mengucapkan kepada kalian sekali lagi
supaya tidak usah terlalu fokus dengan titik hitam, belajarlah bersabar dan
memaafkan. Terpenting dari semua ini peka lah terhadap sesama, fokuskan pada
titik-titik putih dan abaikan titik hitam.
Dan thank you so much sudah luangin waktu untuk membaca konten ini, jangan lupa react, comment dan share! See you guys on the next post, CIAO~
(P.S: Update setiap malam minggu, untuk info postingan bisa di cek di story ig ku @fergiana.s)
iya, kadang emosi gelap lebih kuat'
ReplyDelete