One Small Step - My Childhood Journey
Dulu
waktu aku duduk di bangku SD aku sempat mengikuti kegiatan di luar sekolah
beberapa kali. Kegiatan ini seperti sekolah minggu yang ada di gereja, tapi yang
kuikuti adalah sekolah minggu untuk agama Buddha. Kegiatan ini diadakan di
sebuah mall kecil di kota ku, lokasinya ada di lantai 3 di gedung tersebut. Hari
minggu sekitar pukul 10 sekolah minggu ini dimulai (kusebut sekolah minggu karena
tidak terpikir kata yang tepat untuk menggambarkan kegiatan tersebut). Teman
sekelasku sudah mengikuti kegiatan ini beberapa kali, dan dia mengajakku pergi
kebaktian (oh kini aku ingat, kami menyebutnya kebaktian!), jujur saja sejak
kecil aku sudah sangat tidak menyukai keramaian, tapi aku mengiyakan ajakan
temanku itu karena guru agama mengharuskan kami untuk pergi dan ada buku absen
yang harus diisi. Demi nilai, mau tidak mau aku berangkat.
Hari itu aku membawa tas salempang
ku yang berwarna pink dengan pocket kecil berbentuk setengah lingkaran di
depannya yang berwarna putih. Teman ku berjanji akan menungguku di lantai 2 dan
kami akan berjalan naik bersama karena aku tidak tahu lokasi dari tempat
kebaktian ini. Aku sampai di lokasi tempat kami janjian sekitar jam 09.45 pagi.
Dengan sabar aku menunggu balasan SMS temanku, sudah pukul 10 temanku baru
membalas, dan ternyata dia sudah naik duluan, kebaktian sudah akan dimulai pula,
aku disuruh untuk langsung naik saja, nanti juga akan tau sendiri ruangan mana
kebaktian tersebut diadakan.
Mungkin menurut kalian itu sangat
gampang untuk dilakukan, langsung bergegas naik dan dengan ‘hebatnya’ bisa
menemukan tempat kebaktian itu. Tapi bagi aku yang waktu itu berumur 9 tahun,
hal itu mustahil untuk aku lakukan. Pertama, aku tidak suka ke tempat asing
sendirian, aku tidak suka keramaian, dan terakhir, aku tidak suka menjadi pusat
perhatian, jika acara kebaktian sudah dimulai dan aku terlambat, bukannya itu
sangat mencolok? Jadi kuputuskan untuk SMS temanku lagi, memintanya jikalau apakah
bisa menjemputku, toh acaranya baru akan dimulai, bukan sudah mulai kan? Aku
menunggu balasan darinya sekitaran 45 menit dan balasan yang kuterima adalah, “Kamu
di mana? Tinggal naik aja kok.” Aku tidak membalasnya dan bergegas pulang.
Di awal aku berkata bahwa aku beberapa
kali mengikuti acara ini bukan? Yah, tepatnya tiga kali saja. Pertama adalah ketika
aku mengumpulkan keberanian penuh untuk mengikuti kebaktian itu sendiri tanpa
mengandalkan teman, jadi aku memasuki kumpulan orang asing sendiri (hebat juga
aku yak), ngomong-ngomong, kebanyakan dari mereka adalah sebaya dengan ku dari
sekolah yang sama maupun berbeda, dan beberapa merupakan kakak kelasku. Kebaktiannya
lumayan asik karena itu adalah pertama kalinya aku mengikuti kegiatan di luar sekolah,
kali kedua adalah ketika diadakan lomba di hari waisak, aku masih ingat aku menggunakan
sendok plastik untuk menyendok air dari gelas A ke gelas B dengan jarak yang
ditentukan. Dan kali ketiga adalah kebaktian biasa, dimana setelah kebaktian
kami pindah ruangan untuk menonton DVD (aku lupa filmnya tentang apa).
Biasanya selesai kebaktian aku menyempatkan
diri untuk ke toko buku, karena kebetulan satu-satunya toko buku di kota ku 1 gedung
dengan tempat kegiatan tersebut. Aku sangat suka bagian ini, aku senang melihat
buku-buku yang berjejeran di rak walaupun aku tidak bisa memilikinya. Aku juga
masih ingat, pernah suatu saat toko buku tersebut sedang melakukan diskon
buku-buku lama. Aku ingat sekali mereka mengobral komik “Prince of Tea”,
sungguh sekarang setelah mengingat hal ini aku menyesal. Kenapa aku tidak
curi-curi membelinya saja (mama ku sangat tidak menyukai aku membeli buku
lantaran di rumah sudah banyak), Prince of Tea memiliki 25 volume,
komik yang bagus. Aku sempat membacanya ketika aku SMP kelas 1 atau 2, kupinjam
dari adik kelasku, seingatku itu adalah zaman-zaman dimana The Walking Dead
diputar di HBO. Selesai membaca Prince of Tea, aku tiba-tiba menjadi
sangat menyukai teh, aku bahkan membeli beberapa macam teh ketika liburan ke Malaysia.
Semalam jam 12 dini hari (tunggu,
ini disebut tadi atau semalam baiknya? Oh rumitnya, baiklah, tanggal 25 Juli 2020),
koko ku berkata kapan-kapan ingin mengunjungi toko buku, dan tiba-tiba pula ia
mengingatkan aku tentang kebaktian tersebut, ngomong-ngomong, koko dan aku tidak
pernah menghadiri kebaktian itu bersama-sama, entah kenapa aku juga lupa. Karena
sempat nostalgia sendiri hingga jam 01.30 dini hari, hari ini pula aku
menyempatkan diri untuk menceritakan pengalaman ku, memang sedikit absurd
dan alurnya tidak jelas, tapi tidak mengapa, setidaknya kalian yang membaca
sampai di sini bisa belajar dari aku yang berumur 9 tahun itu, belajar untuk
berani mengatasi hal yang menakutkan. Berani untuk mengambil langkah kecil yang
mungkin di pandangan orang lain itu hal yang mudah, tapi sesungguhnya
membutuhkan waktu mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Yah, meski kamu
penakut tapi kamu hebat ya nak, aku yang di masa lalu hohoho (loh).
Ngomong-ngomong aku juga tidak sabar
ingin ke toko buku lagi, aku ingin membeli beberapa amplop cantik, koleksi ku
sudah mulai menipis. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!